Tidak mudah melakukan perubahan, apalagi perubahan atas sesuatu kemapanan yang sebetulnya sudah tidak relevan pada masanya.
Mendengar sebutan "Guru Penggerak" awalnya saya tidak terlalu tertarik, karena - seperti biasa, pemerintahan kita itu gemar dengan membuat istilah dan singkatan, walau sebenarnya ya gitu-gitu aja atau tidak ada yang berubah.
"Banyak orang yang bisa melakukan perubahan, banyak pula orang yang bisa memimpin. Namun sangat jarang sekali orang yang sanggup memimpin sambil melakukan perubahan. Karena akan banyak sekali perlawanan, halangan, dan rintangan. Nah begitu lah apa yang dilakukan oleh para Guru Penggerak ini, mereka harus memimpin sebuah perubahan." Kata Mas Menteri Nadiem.
Penjelasan di atas membuat saya berfikir betapa dahsyat nya para Guru Penggerak ini? Siapa sih Guru Penggerak itu? Mengapa terlihat begitu istimewa dan strategis di mata Mas Menteri Nadiem Makarim?
Singkatnya, Guru Penggerak ini adalah semacam siswa CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) namun versi guru - CMGA (Cara Mengajar Guru Aktif). Mereka adalah guru-guru yang terpilih lewat seleksi ujian untuk menjadi guru inisiator.
Selain mengajar mereka diajarkan banyak hal seperti critical thinking, problem solving, dan masih banyak jenis soft skill lainnya. Tujuannya adalah agar guru-guru itu lebih aktif, jemput bola, dan sanggup mengatasi juga menghadapi masalah dan perubahan-perubahan di sekolah.
Guru Penggerak bisa berlatar belakang dari mana saja, baik itu guru PNS atau guru honorer. Mereka dibekali filosofi dasar pengajaran dari konsep KI Hajar Dewantara, yaitu guru hanya membimbing anak-anak untuk belajar bukan mengarah-paksakan anak. Guru harus membantu anak-anak agar gemar dan tertarik untuk belajar, bukan membuat anak jadi takut atau benci pada pelajaran.
Hasil dari kerja Guru Penggerak ini ternyata mulai banyak dirasakan manfaatnya oleh sekolah, guru-guru sekolah, siswa, hingga Dinas Pendidikan Pemda. Bahkan Mas Menteri pun mulai mendorong agar Pemda memanfaatkan para Guru Penggerak ini sebagai kandidat prioritas untuk menjadi kepala-kepala sekolah di daerahnya.
Pada awal program Guru Penggerak ini memang sulit menggelinding karena program baru dan banyak dicurigai oleh pihak sekolah maupun guru. Namun lambat laun makin dipercaya, makin bertumbuh, dan makin banyak, dan kini sudah memasuki Angkatan ke-3
Kini, harapan baru justru tumbuh dari para Guru Penggerak, mereka berharap agar program ini berjalan terus sehingga akan makin banyak guru-guru baru yang akan menjadi Guru Penggerak, akan banyak pula sekolah-sekolah yang terbantu dengan kehadiran Guru Penggerak.
Ke depan, akan banyak sekolah-sekolah yang bakal lebih mandiri, inovatif, dan solutif dalam setiap permasalahannya.