Lihat ke Halaman Asli

Metromini "Si Lincah" Jakarta

Diperbarui: 17 Desember 2015   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini satu lagi kabar tentang kendaraan “si lincah” menghiasi berbagai media pemberitaan. Namun nampaknya kembali lagi seperti sebelum-sebelumnya, bukan sebuah kabar yang membawa semangat pagi. Metromini kembali memakan korban.

Memang berita mengenai metromini ini bukan menjadi hal krusial untuk diperbincangkan selain di ibukota. Metromini di Jakarta menjadi isu yang cukup seksi sejak dulu atau setidaknya selama seminggu terakhir ini, beritanya benar-benar menghiasi seluruh media. Di daerah selain Jakarta, mungkin tidak semuanya peduli atau bahkan mengetahui tentang bagaimana seluk beluk metromini sebagai salah satu bagian dari kompleksitas Jakarta. Di daerah selain Jakarta juga mungkin terdapat “metromini-metromini” sejenis dan mungkin juga lekat dengan masalah-masalahnya sendiri. Namun mungkin juga memang sudah menjadi “takdirnya” metromini Jakarta untuk selalu menjadi “artis” yang akan diikuti pemberitaannya.

Permasalahan metromini ini sebenarnya bukan hal baru. Mulai dari kondisi kendaraan, penyebab kemacetan, cara mengemudi yang “khas”, hingga korban aktif maupun pasif akibat kendaraan ini, merupakan tajuk berita yang muncul jika berbicara mengenai “si lincah”.

Apakah tak ada satupun suara positif tentang metromini? Bagaimana dengan manfaatnya? Bagaimana dengan para penumpang setia yang selama ini menjadi pelanggannya? Mungkin ada namun tidak terliput dan tentu berita dengan sudut pandang yang lain lebih menarik. Atau mungkin juga memang tidak ada.

Tidak bisa dipungkiri jika kendaraan publik ini masih dibutuhkan fungsinya, mengingat kondisi Jakarta sebagai pusat berbagai macam aktivitas. Kondisi yang berbanding terbalik dengan terbatasnya ketersediaan angkutan publik dan mobilitas penghuni Jakarta. Metromini mau tidak mau menjadi pilihan yang harus diambil. TransJakarta, mungkin fungsinya sama dan membantu, namun banyak alasan efektivitas yang menjadi latar belakang mengapa masih banyak yang lebih nyaman dan memilih metromini.

Dengan kendaraan yang mayoritas tidak layak, cara mengemudi yang mayoritas tidak aman, menjadikan kendaraan publik ini sebagai salah satu PR tersendiri di Jakarta. Hebatnya, meskipun telah banyak kejadian buruk yang melibatkan metromini, namun kendaraan ini masih saja bebas beroperasional dengan tidak adanya perubahan dan perbaikan. Mungkin memang sistem operasi dan manajemennya yang cukup hebat. Menjadi permasalahan lain yang perlu diperhatikan juga. Berbicara tentang sistem operasi, mungkin faktor kerja target menjadi isu sosial tersendiri dari permasalahan metromini. Tentang itu, bagaimanapun juga tentu tidak dibenarkan mencari rejeki dengan cara membahayakan atau bahkan merugikan yang lainnya. Tidak ada pembenaran apapun untuk satu hal tersebut.

Menghadapi permasalahan metromini, solusinya, penegak hukum yang tidak mengenal kata lelah dan menyerah. Bukan solusi baru dan mungkin adalah solusi klasik normatif, namun masih menjadi yang paling manjur jika memang terlaksana dengan baik. Salah satu dari sekian solusi yang bisa diambil selain kebijakan “memutuskan” keberadaan metromini. Mungkin masih banyak pertimbangan untuk menghentikan operasional kendaraan publik tersebut. Tidak masalah. Namun menjadi pekerjaan berat bagi para insan hukum untuk dapat melakukan penegakan hukum dengan baik, bahkan yang terbaik.

Sekarang ini menjadi masalah kepercayaan, bagaimanapun, aparat hukum masih menjadi andalan. Satu permasalahan atau kejelekan tidak dapat menggeneralisir semuanya. Bagaimanapun, aparat hukum masih menjadi pelindung yang diharapkan dan diandalkan. Terlepas dari itu, perlu juga untuk menjadi bahan pikiran dan pekerjaan para pembuat kebijakan, dengan porsinya masing-masing, menghadapi manajemen “si lincah” melalui sebuah kebijakan yang berani dan efektif, untuk kebaikan bersama. Bagaimanapun, untuk permasalahan dan kebaikan Jakarta diperlukan kesadaran dan kerjasama yang menjadi tanggung jawab, bukan satu atau dua, namun bersama.

Selalu berusaha yang terbaik untuk hasil terbaik. Selamat beraktivitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline