Sebenarnya pagi ini saya kurang bersemangat. Duduk didepan computer sekedar mengisi waktu untuk menghabiskan waktu kerja yang tersisa adalah kebiasaan yang hampir setiap saat berulang. Nah disinila terkadang muncul kerisauan dalam diri saya lantaran banyaknya waktu yang terbuang sia-sia. Menghasbiskan waktu didepan computer terkadang tidak jelas apa hasilnya. Bahkan justru akan mengarah pada hal-hal yang tidak berguna bahkan hanya akan menimbulkan keburukan/dosa saja. Ini tidak lain adalah buah dari keadaan waktu kerja yang kurang termenej dengan baik. Olehnya saya selalu berusaha mencari alternative lain agar bagaimana saya bisa memaksimalkan waktu setiap saat, terutama dalam kondisi seperti demikian. Ini sedikit rintihan sanubari saya, yang mungkin ada diantara teman atau sahabat sekalian yang memiliki rintihan yang sama atau berbeda namun tetap memiliki warna yang sama.
Memang semangat tidak selamanya berada pada fase high, tapi semestinya kita harus mengusahakan semangat senantiasa berada pada fase tersebut. Tidak menutup kemungkinan diantara teman-teman banyak juga yang merasakan hal demikian. Semangat yang ada didalam setiap diri manusia hampir sama dengan kondisi keimanan ketika kita berbicara tentang regiliusitas seseorang, dimana keimanan itu sifatnya naik turun atau pasang surut. Adakalanya keimanan seseorang naik atau memuncak manakala dia tetap berada dalam ketaatan/beribadah dan akan terus memuncak seiring dengan kontinuitas ketaatan-ketaatan yang dia lakukan, serta akan mengalami penurunan tatkala dia berada dalam kemaksiatan/keburukan dan akan terus mengalami penurunan bahkan sampai pada titik nadir/kekufuran yakni hialangnya keimanan pada diri sesorang hingga kemudian ia meninggalkan aktivitas dosa/maksiat tersebut.
Demikianlah semangat atau keimanan yang digambarkan seperti dua buah kutub medan magnet yang saling tarik menarik. Kebaikan yang dilakukan secara berkesinambungan akan menarik kebaikan-kebaikan lainnya, demikiaan juga halnya dengan keburukan yang jika dikerjakan secara terus menerus maka akan selalu menarik keburukan lainnya pula. Sehingga semangat yang ada dalam diri setiap orang bisa diibaratkan sperti proses combustion/pembakaran yang terjadi dalam suatu mesin, yang tidak serta-merta langsung terjadi pembakaran namun harus diawali dengan bebrapa tahapan, seperti suplai bahan bakar serta udara secukupnya dan pemicu munculnya percikan api/busi, akibat campuran kedua unsure tersebut dapat memudahkan terjadinya pembakaran didalam sebuah mesin. Hasil pembakaran inilah yang kemudian menghasilkan heat dan pressure tinggi yang menjadi sebab mekanisme permesinan dapat berjalan dengan baik. Maka sepatutnya kita mulai membakar semangat yang ada didalam diri kita dengan unsure-unsur positif. Kita harus memadukan antara udara yang sehat serta bahan bakar yang bersih serta memicunya dengan sumber api yang berupa keimanan agar pembakaran yang terjadi didalam diri kita dapat menghasilkan pembakaran yang sempurna sehingga laju roda kehidupan didunia ini dapat menempuh jarak yang jauh, sejauh surga-Nya kelak.
Jika semangat itu seperti proses combustion/ pembakaran dalam sebuah permesinan, maka yang paling perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mempersiapkan unsur-unsur yang baik/positif untuk menunjang terjadinya pemabakaran tersebut.
Sebagai inti dari tulisan ini, sekaligus sebagai pesan dari penulis bahwa jangan sampai waktu-waktu yang kita lewati setiap saatnya tidak memiliki nilai. Paling tidak waktu-waktu luang yang kita miliki tersebut dapat terisi dengan hal-hal yang positif, entah hal itu bermanfaat untuk urusan kehidupan dunia kita ataupun kalau bisa kita tingkatkan agar aktivitas yang kita kerjakan diwaktu luang tersebut dapat bermanfaat juga untuk kehidupan akhirat kita nantiya. Karena dalam sebuah pesan tersirat bahwa Orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian tersebut dan yakinlah bahwa setiap yang pernah hidup pasti akan mengalami yang namanya kematian dan setiap yang pernah hidup akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang pernah diperbuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H