Lihat ke Halaman Asli

Moses Joshua Lesmana

Siswa SMA Kolese Kanisius

Sebuah tanggapan: Teks Anekdot Sebagai Sarana Efektif Dalam Kritikan

Diperbarui: 15 Mei 2023   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dari artikel yang sudah dibuat, saya melihat kalau penulis sebenarnya ingin menyampaikan pernyataan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan seorang pemimpin yang dapat menyampaikan kritik dengan cara yang sopan dan lucu. Penulis mengambil figur Gus Dur yang pernah menjabat sebagai presiden ke-4 Indonesia, dan dikenal dapat menyampaikan kritikannya dengan cara yang sopan akan tetapi lucu. Tentu saja permasalahan ini adalah permasalahan yang terdapat di Indonesia dan dalam ruang lingkup nasional. Penulis merasa diperlukannya humor pada seorang pemimpin agar pemimpin negara dapat menyampaikan kritikan terhadap permasalahan yang ada di negaranya, agar dapat permasalahan tersebut dijadikan pembelajaran bersama, namun tetap tersampaikan dengan cara yang sopan dan lucu.

Anekdot sesungguhnya adalah sebuah teks yang dibuat dengan tujuan untuk mengkritik seseorang, namun gaya bahasa yang digunakan adalah menyindir sehingga menimbulkan kesan bahwa teks tersebut lucu. Teks anekdot sendiri harus menyinggung seseorang atau sebuah peristiwa, karena jika tidak maka namanya bukan teks anekdot melainkan hanya sebuah cerita lucu. Teks anekdot juga merupakan teks yang isinya relatif singkat dan memiliki kaidah kebahasaan yang unik, sehingga berbeda dengan teks cerpen dan teks narasi biasa.

Hakim 

Penulis: Moses Josua Lesmana 

Suatu hari di ruang tamu, Bondan dan Ibunya sedang menonton televisi tentang kasus pengadilan bersama. Ayah sedang membaca koran di samping mereka sambil makan pisang dan minum kopi. Karena bingung kenapa hakim dipanggil "Yang Mulia", Bondan akhirnya bertanya kepada ibunya. 

Bondan: "Bu, kenapa hakim dipanggil "Yang Mulia"?" 

Ibu: "Susah jelasinnya nak, kamu cari di Google aja" 

Bondan: "Jelasin singkatnya aja bu, gapapa" 

Ibu: "Menurut ibu yah?, hmmm. Kalo menurut ibu, hakim dipanggil "Yang Mulia" karena rasa penghormatan kita kepada hakim itu sendiri. Hakim kan harus adil dan netral dalam mengambil keputusan, tugasnya juga berat. Jadi dipanggil "Yang Mulia" karena tanggung jawabnya yang besar. Gitu sih menurut ibu nak" 

Bondan: "Oh gitu bu. Kalau hakimnya ga adil sama ga netral dipanggil apa dong bu?" 

Ayah : "Hakimnya dipanggil Yang Maha Kuasa kali?" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline