Lihat ke Halaman Asli

[Kearifan Lokal] Wiwitan dalam Budaya Jawa dan Pertanian Berkelanjutan

Diperbarui: 13 Desember 2021   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : infopublik.id

Padi dalam Budaya Jawa

Salah satu sisi yang melekat dengan kebudayaan Jawa ialah pertanian. Tidak heran banyak masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai petani, lantas mengapa demikian? Sebagian besar penduduk Jawa hidup bercocok tanam dikarenakan kondisi geografis pulau Jawa, terkhusus daerah pedalaman di Jawa yang sangat menguntungkan untuk dilakukannya pekerjaan pertanian. Kondisi iklim, curah hujan, aliran sungai dan tanah yang subur pun menjadi faktor pendukung untuk perkembangan sistem pertanian di Pulau Jawa.

Lalu komoditas tani apa yang banyak dibudidayakan di Jawa? Ya benar, padi merupakan komoditas tani yang banyak diusahakan oleh petani Jawa. Untuk memproduksi padi dalam budaya Jawa, pertama-tama sawah perlu disiapkan sebelum ditanami padi. Persiapannya sendiri terdiri dalam bentuk upaya dan harta benda serta benih. Sebelum mempersiapkan 3 hal itu, petani Jawa terlebih dahulu mengolah tanah sawah dan membuat parit sebagai pengairan. Hal tersebut dilakukan bertujuan agar tanah sawah mudah ditanami benih padi. Ketika siang dan malam tiba, padi dengan mudahnya menyerap pupuk yang telah tercampur dengan air. 

Tentunya tidak semudah itu dalam melakukan budidaya padi. Nah untuk memperlancar petani Jawa dalam melakukan budidaya padi, mereka mempercayai salah satu tradisi lokal yang dapat membantunya dalam proses budidaya padi. Tradisi lokal tersebut dikenal dengan sebagai "Wiwitan."

Kearifan Lokal Wiwitan

Tradisi Wiwitan merupakan ritual sakral yang dilakukan sebelum panen padi dimulai. Wiwitan sendiri berasal dari kata "wiwit" (Bahasa Jawa) yang berarti mulai. Seperti yang kita tahu masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki tradisi yang lekat dengan mistisisme. Kita sebagai kaum milenial jangan kaget dengan tradisi lokal wiwitan ini, nyatanya masyarakat Jawa mempercayai tradisi ini dilakukan agar mereka mendapatkan hasil panen yang berlimpah dan dapat mencegah terjadinya hal-hal buruk yang ada di lahan.

Selain itu wiwitan dilakukan juga sebagai bentuk rasa syukur dan terimakasih kepada bumi sebagai "sedulur singkep" dan Dewi Sri yang telah menumbuhkan padi. Sedulur singkep memiliki makna yaitu manusia dan bumi ialah saudara yang saling melengkapi dan menghormati, jika hubungan antar manusia dan bumi berjalan dengan lancar maka akan bermanfaat untuk kelestarian alam yang berkelanjutan.

Tradisi wiwitan dilakukan masyarakat Jawa sesuai dengan apa yang diajarkan dan diturunkan langsung oleh para pendahulu dan orang tua mereka. Pelaksanaan tradisi wiwitan terdiri dari ritual atau upacara, seperti yang kita ketahui setiap ritual pasti memiliki tahapan-tahapannya tersendiri. Tahapan tradisi wiwitan ini dimulai dengan penentuan hari untuk proses pelaksanaan tradisi. Kemudian dilanjutkan dengan dilakukannya proses mojoki, mojoki merupakan kegiatan meletakkan jamur dan daun dadap serep di empat sudut sawah. 

Pada saat puncak pelaksanaan wiwitan, masyarakat biasanya sedang sibuk mempersiapkan uborampe dan perlengkapan untuk proses pelaksanaan tradisi. Uborampe terdiri dari urap-urap, nasi tumpeng, telur, daun kelapa tua dan lain sebagainya. Setelah itu makanan dibawa ke sawah sebagai persembahan dan biasanya pemilik sawah membuat tempat sesaji. Uborampe diletakkan kemudian dilakukan pembacaan doa dan makanan dibagi-bagikan kepada peserta upacara serta yang terakhir yaitu proses pemotongan padi.  

Aspek Sosial Budaya (People)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline