Lihat ke Halaman Asli

Tigor

Jadi Orang Baik Saja, Beragama Nanti Saja

Aku Tenggelam di Daratan

Diperbarui: 21 November 2016   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelumnya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena aku sudah tenggelam di daratan. Jikapun aku harus tenggelam, sudah sepantasnyalah aku tenggelam di lautan, di danau, atau di sungai. Tapi sejujurnya aku tidak ingin tenggelam. Biarlah Tuhan Sang Penguasa alam semesta sudi memberi maaf, sehingga aku bisa kembali ke jalan yang benar.

Aku sudah tenggelam dalam kebencianku terhadap sesamaku. Aku sudah menganggap manusia ciptaan Tuhan lainnya yang tidak se-Agama denganku bukan lagi sahabatku, mereka adalah musuhku dan aku akan berbahagia jika mereka bisa aku musnahkan dari pandanganku.

Aku sudah tenggelam dalam pemahamanku sendiri tentang apa yang aku pahami. Aku sudah tidak perduli apakah orang lain memahami atau tidak tentang apa yang aku pahami.

Aku tenggelam dalam keinginan dan nafsu kelompokku saja. Aku tidak perduli apakah ada kelompok lain yang punya keinginan juga dalam kelompoknya. Aku tidak berusaha untuk menyatukan keinginan kelompokku dengan kelompok lain yang ada di sekelilingku.

Aku tenggelam dalam nafsu ingin berkuasa dan nafsu politikku. Aku melakukan segala cara untuk memenuhi nafsu itu semua.

Aku sudah tidak perduli dengan masa depan anak dan cucuku. Aku sudah tenggelam dengan kecintaanku pada masa kini. Aku tenggelam dalam ketidakmampuan untuk punya keinginan agar bisa menitipkan negeri ini dalam keadaan damai dan sejahtera kepada anak cucuku nanti.

Aku tenggelam di daratan. Daratan ego dan kebencian.

Aku tenggelam dalam nafsu membara untuk selalu mencaci maki Pemimpinku. Aku doyan menghujat kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh Presidenku. Apapun dan seperti apapun perilakunya tidak ada yang benar buatku.

Aku tenggelam dalam kebanggaanku jika aku bisa urus KTP, SIM, Paspor, dan hal lainnya karena aku punya banyak kenalan. Aku bangga bisa mengurus semuanya itu dengan kecepatan super karena aku punya uang untuk memerintah mereka.

Aku tenggelam dalam kebanggaanku karena bisa jadi pejabat negara atau wakil rakyat karena aku bisa membayar rakyatku dengan rupiah. Aku bangga karena rakyatku tenggelam dalam kebanggaan mereka terhadapku. Aku tenggelam dalam ketidakmampuanku untuk menyampaikan visi, misi, dan program yang jujur pada saat mereka akan memilihku.

Aku tenggelam dalam kebanggaanku jika aku bisa ‘memasukkan’ saudara atau anak dari saudaraku menjadi polisi, tentara, pegawai negeri, dan lainnya, padahal aku tau sebenarnya mereka tidak pantas ada disitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline