Lihat ke Halaman Asli

Komposer Sejarah

Diperbarui: 17 Januari 2017   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Otak kami dilantuni mozaik-mozaik keresahan.

Manifestasi Bach yang kemudian mengorbit air liur, mengais lingkaran susu Ibu di setapak jalan kepala kita, menawarkan sebait roh clavichord, dan menjalar menjadi sebak akar darah di kamar mandi kita.

Otak kami meminjam figura-figura Beatles.

Mendengar yang tidak bisa didengar, mencuri sepatu kulit yang berkaca-kaca, memanggil menara terkenal di Champ de Mars yang berlarian, membersihkan gigi-gigi di telapak tangan kita yang tidak buta, dan menyampaikan origami yang dibakar oleh puluhan kilogram beratnya daging.

Otak kami menyimpan suara-suara Smaradhana.

Komposer yang tidak pernah mati hingga tubuh kami soak dipenuhi sejarah pom bensin yang meledak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline