Lihat ke Halaman Asli

Dimarahi Anak TK

Diperbarui: 18 Juli 2018   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)

TERINGAT sebuah peristiwa kecil yang bikin aku malu kepada diri sendiri. Dimarahi seorang anak-anak karena melanggar aturan yang seharusnya kupatuhi.

Bermula ketika itu aku mengajak keponakanku, Chintia, jalan-jalan sore dengan sepedamotor. Chintia masih 5 tahun. Anaknya aktif dan pintar. Dia tinggal di Kota Medan, Sumatera Utara. Datang ke Kota Sibolga, daerah domisiliku, dalam masa liburan sekolah.

Saat itu jalanan tak begitu ramai. Kami melaju santai dari arah Jalan Suprapto. Selama perjalanan Chintia banyak bertanya sambil menunjuk-nunjuk.

"Itu apa, kenapa, Tua (panggilannya kepadaku)?". Rasa ingin tahunya tinggi.

Tiba-tiba saat mendekati lampu merah (traffic light) perempatan eks Bioskop Tagor, dia berteriak.

"Red, red, Tua, stop!," teriaknya.

Kulirik sekejap memang saat itu lampu sedang merah. Tapi kuterobos saja karena waktunya 55 detik lagi ke hijau dan jalanan lengang.

"Huh...! Tua ini, kenapa gak stop tadi, kan red," omel gadis kecil berparas manis itu.

Aku mencoba membela diri dengan mengarang alasan. "Aduh, Tua gak lihat tadi, emang red ya?," kelitku saja karena merasa malu mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada seorang anak kecil.

"Iya, kalau red, itu stop. Kalau green itu jalan. Gitu Tua. Sekali lagi ingat ya!," timpal Chintia menasehatiku.

Aku manggut-manggut saja. "Okey, okey," jawabku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline