Lihat ke Halaman Asli

Tanggapan kepada Adhyatmoko: Alam Semesta Tidak Diciptakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan ini adalah tanggapan terhadap tulisan saudara Adhyatmoko berikut.

http://filsafat.kompasiana.com/2013/07/26/alam-semesta-tidak-diciptakan-seri-kesatu-579961.html

http://filsafat.kompasiana.com/2013/07/11/stop-rasionalisasi-iman-576068.html

Point singkat dari tulisan tersebut adalah kontra pendapat bahwa alam semesta adalah teratur. Walau ada aturan dalam alam semesta tetapi alam semesta adalah tidak teratur. Contoh yg dia berikan sebagai bukti ketidak-teraturan alam adalah ranting yg dipatahkan patah tidak beraturan, bencana alam, kejahatan sosial, dan chaos theory. Saya punya pandangan yg lain yg kontra dengan pandangan saudara Adhyatmoko. Bila dalam tulisannya dia mengkaitkan ketidak-teraturan sebagai bukti bahwa alam semesta tidak diciptakan (Tuhan), dalam tulisan ini, saya tidak ingin melebarkan debat ke arah teologi, melainkan hanya membantah atau memberi persepsi baru terhadap sesuatu yg dikatakan tidak beraturan.

Dalam tulisan saya, saya akan memakai istilah agen dan non-agen sebagai sebutan atas sesuatu yg bisa melakukan perubahan. Bedanya, agen sebagai kelompok mahluk hidup yg terdiri dari binatang dan manusia, tumbuhan tidak termasuk. Non-agen adalah sebutan untuk gejala alam dan sifat sifat fisika dan kimia seperti angin, air, panas dsb. Agen dan non-agen dan juga antar sesama bisa saling mempengaruhi untuk terjadi perubahan.

Contoh contoh yg diberikan untuk menunjukkan ketidak teraturan alam semesta di atas sebenarnya kurang tepat, atau malah boleh dibilang jauh dari sasaran. Misalnya ranting yg dipatahkan patah tidak beraturan itu disebabkan karena pada saat kita mematahkan ranting, gaya yg diterapkan pada ranting tidak seragam. Paling tidak ada dua gaya yg diterapkan pada titik patah, pada bagian yg cembung dua gaya yg berarah keluar(menarik) , dan bagian yg cekung ke arah dalam(menekan). Alasan lain dari ketidak-teraturan patahan ranting adalah struktur ranting itu sendiri. Kalau anda melihat penampang ranting, maka anda tahu bahwa ada bagian dalam dan ada bagian luar (kulit) yg mempunyai perbedaan bahan dan kekuatan sehingga mempunyai fracture point yg berbeda pula. Perbedaan struktur dalam dan luar dan juga perbedaan strukture antara ranting jenis pohon satu dan lain juga tidak bisa dianggap sebagai ketidak-teraturan sebab struktur tsb disesuaikan dengan fungsi dan adaptasi.

Kejahatan sosial di masyarakat seperti kriminalitas dan perang adalah ketidak-teraturan yg disebabkan karena manusia yg bisa melawan aturan. Bila non-agen selalu mematuhi hukum alam (kecuali air pada suhu tertentu), maka agen berbeda. Hukum yg berlaku bagi agen hanya dua untuk bertahan hidup dan mempertahankan speciesnya. Untuk bertahan hidup dengan makan dan lari dari bahaya, mempertahankan species dengan berkembang biak. Pada hewan, hukum ini dijalani dengan cukup teratur (bisa dibantah). Pada manusia hukum2 tsb masih berlaku, dan karena kompleksitas kehidupan dan tingginya intelligent dan emosi manusia maka ada hukum2 tambahan berupa hukum sosial, ekonomi, agama, negara, dan international. Hukum2 tersebut diberlakukan untuk mengatur kehidupan manusia, jadi selain melanggar hukum, manusia juga bisa membuat hukum untuk membatasi dirinya sendiri, hal yg tidak dimiliki alam dan binatang.

Saudara Adhyatmoko membuat tulisan sebagai tanggapan atas buku Harun Yahya. Dari yg saya baca dan simpulkan, ada perbedaan persepsi terhadap keteraturan/ketidak-teraturan yg dilihat oleh kedua penulis tersebut. Adhy melihat dari jarak dekat sedang Harun melihat dari jarak jauh. Sebagai contoh, bila kita perbesar gambar yg kita lihat di layar PC kita sampai maximum, maka kita akan melihat ketidak-teraturan pixelnya, gambar lingkaran ternyata tidak mulus, tetapi begitu kita lihat secara normal maka kita akan lihat gambar yg teratur. Hal yg sama juga bisa dilihat kalau kita melihat bumi ini, banyak bencana alam baik yg disebabkan oleh alam maupun oleh manusia. Bencana alam seperti tsunami (karena gerakan tektonik plate di dasar laut), letusan gunung (karena ada lava yg mau keluar), banjir (curah hujan yg lebih dan kurangnnya resapan air) terlihat seperti chaos, tetapi kalau dilihat secara global bumi terlihat tenang, teratur, karena dilihat dari sudut ini chaos diwujudkan oleh ada tidaknya meteor yg menabrak bumi seperti yg pernah terjadi memunahkan dinosaurus jutaan tahun yg lalu, yg bisa dibilang jarang terjadi ribuan tahun terakhir. Kalau dilihat lebih jauh lagi dari sudut tata surya, maka akan kelihatan lebih teratur lagi karena kita tidak menyaksikan ada planet di tata surya kita yg meledak dengan frequency yg sama seperti bencana alam di bumi.

Penyebab ketidak-teraturan di bumi ini bukanlah karena alam dan mahluk tidak teratur melainkan karena adanya keterkaitan satu dengan yg lain yg kompleks. Contohnya adalah angin bertiup karena ada perbedaan tekanan udara, tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, dan suhu dipengaruhi salah satunya oleh angin. Bila dalam matematika kita mengenal persamaan linear y=f(x) dimana nilai y ditentukan oleh x, maka di sini berlaku persamaan non-linear x=f(x') di mana x' adalah nilai x sebelumnya.

Fenomena ketidak-teraturan alam ini diamati oleh Edward Lorenz (1917-2008) seorang meteorologis yg kemudian mencetuskannya dalam 'Chaos Theory'. Chaos di sini sebenarnya tidak berarti tidak teratur atau kacau seperti dalam arti bahasa inggrisnya yg juga diartikan demikian oleh saudara Adhyatmoko. Chaos di sini lebih berarti tidak periodik, system sensitive terhadap nilai awal yg berarti bahwa beda nilai awal yg kecil bisa membawa perubahan yg besar terhadap system setelah beberapa waktu/iterasi (disebut butterfly effect). Chaos theory dalam system ramalan cuaca berarti cuaca tidak berulang secara teratur, dan ramalan tidak bisa jauh ke depan karena sensitifitas system terhadap nilai awal. Untuk ramalan 7 hari ke depan, maka nilai awal yg dimasukkan pada hari pertama akan kurang tepat bila dibandingkan dengan ramalan pada hari ke 7 dengan nilai awal yg dimasukkan pada hari ke 2.

Dalam meramalkan cuaca, Lorenz membuat model matematika dari 12 variabel yg kemudian disederhanakan menjadi 3 variable (mungkin dengan alasan 3 variable bisa diamati dalam grafik 3 dimensi xyz). Untuk nilai2 tetapan tertentu, nilai xyz berada dalam ruang yg berbentuk kupu kupu atau kerang yg disebut 'Lorenz attractor' (lihat gambar 5 di http://universe-review.ca/R01-09-chaos.htm ). Dari sini bisa dilihat bahwa cuaca adalah system yg deterministik atau bisa diramalkan, sesuatu yg tampaknya tidak teratur itu ternyata cukup teratur bila kita tahu bagaimana melihatnya. Saat ini, model yg dipakai dalam ramalan cuaca cukup akurat dalam meramalkan banyaknya curah hujan, kapan (pagi, siang, atau malam), pemerataan hujan. Bila cuaca itu chaos tentu tidak dapat diramalkan bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline