Lihat ke Halaman Asli

“Galau”...bukan Ekspresi dari Rasa Kecewa, Sesal ataupun Gunda

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“GALAU”...bukan ekspresi dari rasa kecewa,sesal ataupun gunda

“GALAU”... Ya,Galau.. Sebuah kata yang sedang nge-Tren di kalangan anak muda saat ini . Kata Gaul yang biasanya terucap dari mulut anak-anak jaman sekarang ini adalah lambang keterasingan , kehilangan , rasa rindu , atau bahkan sebagai kata luapan dari perasaan kecewa . Ada gak sih orang yang belum pernah merasa di kecewakan?,saya yakin pasti ada . Tidak usah jauh-jauh kita mencari contoh, terkadang dengan orang terdekat kita saja pernah membuat kita merasa kecewa . Setelah itu perasan hati menjadi gunda, dan tumbuh rasa penyelasan yang teramat dalam terhadap orang tersebut . Perlu kah kita berekspresi dalam meluapkan rasa ke”galau-an” kita itu? , jika perlu dengan cara apa?, update status di jejaring sosial seperti Facebook,Twitter,Google+??,dengan tulisan “hari ini galau bangett”.. lalu manfaatnya apa?, nihil kawan .

Sebenarnya rasa kecewa itu tak perlu kita umbar-umbar ke semua orang bahkan sampai ke publik . Karena dengan begitu secara tidak langsung orang lain yang melihat maupun yang mendengar dapat menilai sifat kita . Bagus kalau responnya positif, nah kalau ternyata sebaliknya bagaimana ? . Tapi bukan berarti kita gak boleh meluapkan rasa kekecewaan kita juga . Cuma ya.., bo jangan di pikirin terus-terusan sampe berhari-hari update status temanya “GALAU” melulu . Saya yang gak sengaja lihat juga “sepet” lama kelamaan .

Kalau menurut saya, “GALAU” itu bukanlah ekspresi dari perasaan kekecewaan seseorang . Melainkan mempamerkan kelemahan kita di hadapan publik , ya gak tau juga menurut anda bagaimana... namanya juga opini saya :D . Banyak cara untuk meluapkan rasa galau tanpa harus “lebay” di Facebook,twitter,dll . Contohnya untuk yang beragama muslim , kenapa pada saat kita galau gak langsung ambil wudhu, sholat sunnah kek,trus mendekatkan diri kepada sang pencipta,curhatkan semua unek-unek kepada-NYA . Lebih keren kan?, gak percaya? Monggo di coba .

Bisa di bandingkan dengan mereka-mereka yang “GALAU” namun hanya bisa meluapkannya di jejaring sosial . Biasanya mereka selalu terlihat murung , menyendiri , kadang bengong sampe ke sambet . Beda sama orang galau yang curhat kepada sang “PENCIPTA” . Seolah-olah perasan itu plong... beban semua ilang, pikiran fresh . Hari –hari bisa mereka lakukan seperti biasa kembali tanpa ada rasa galau yang berarti .

Salah satu alasan para remaja menjadi “GALAU” salah satunya "Ditinggalin kekasih" , yang kayak gini nih alasan umum yang paling sering membuat remaja sekarang ini galau . Setelah itu mereka update status, memamerkan ke “GALAU”annya di jejaring sosial dengan kata-kata mereka sendiri . Yang jadi pertanyaan , Terus kalau update status kayak gitu kekasih akan langsung kembali padanya? . Selain itu juga masalah keuangan yang semakin kritis melanda kehidupannya . Mereka akan merasa tertekan dan terbatasi dalam bergaul ataupun bersosialisasi . Lalu apa tindakan mereka? , Ya update status lagi . “Bete banget gw hari ini bokek” , selesai gitu permasalahan ? , Jelas tidak kawan! .

Sekali lagi galau itu boleh , tapi jangan BERLEBIHAN . Karena itu benar-benar sangat tidak baik untuk kehidupan kita sendiri . Coba deh dekatkan diri kepada sang khalik , curhatkan semua unek-unek padanya , lalu jalani hari dengan optimis dan semangat . Ingat kawan, persaingan di dunia ini makin ketat , sekali kita lengah , tertinggalah kita . Semoga tulisan ini bermanfaat dan tidak merusak mata pembaca . Wassalam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline