Sejarah Kolese Kanisius
Sejak berdirinya pada 20 Oktober 1927, Kolese Kanisius telah memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Awalnya, sekolah ini hanya menerima 15 siswa dan bertujuan mendidik para pemuda Katolik dari berbagai latar belakang sosial. Didirikan oleh para imam Serikat Yesus (SJ), Kolese Kanisius menekankan pendidikan berbasis nilai-nilai moral, spiritual, dan intelektual yang seimbang, dengan tujuan membentuk pribadi yang berintegritas dan berdaya saing global.
Perjalanan panjang sekolah ini tidak lepas dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang (1942--1945), bangunan sekolah yang berada di kawasan Menteng ini sempat digunakan sebagai markas tentara Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kolese Kanisius kembali beroperasi, meski dengan berbagai tantangan seperti keterbatasan fasilitas dan perubahan kurikulum pasca-kemerdekaan.
Pada tahun 1950-an, sekolah ini mulai berkembang pesat, baik dari segi jumlah siswa maupun fasilitas. Pada masa ini, Kanisius mulai dikenal sebagai institusi pendidikan elit yang menghasilkan banyak lulusan berprestasi di berbagai bidang. Kemajuan ini terus berlanjut, dan pada tahun 1971, Kolese Kanisius memindahkan sebagian besar operasinya ke bangunan baru di Jl. Menteng Raya 64, yang menjadi lokasi utama hingga hari ini.
Di era Orde Baru, Kanisius terus memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan unggulan. Salah satu momen bersejarah terjadi pada tahun 1988, ketika Paus Yohanes Paulus II mengunjungi sekolah ini dan memberikan pidato yang menginspirasi seluruh komunitas sekolah.
Memasuki abad ke-21, Kolese Kanisius beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi dan perubahan sistem pendidikan. Pada tahun 2021, Pemprov DKI Jakarta menetapkan bangunan lama Kolese Kanisius sebagai cagar budaya, dan memugar bangunan tersebut untuk menjaga nilai sejarahnya. Pemugaran ini menjadi simbol dedikasi Kanisius dalam menjaga warisan masa lalu, sekaligus terus berinovasi untuk masa depan.
Peninggalan sejarah ini menjadi bukti bahwa Kanisius tidak hanya dikenal karena prestasinya dalam pendidikan, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Bangunan sekolah yang tetap dipertahankan dengan konsep arsitektur modern dan transparansi, mencerminkan semangat untuk menjaga warisan masa lalu sambil terus bergerak maju.
Nilai dan Prinsip yang Dipegang Teguh
Salah satu hal yang membedakan Kolese Kanisius dari institusi pendidikan lainnya adalah nilai-nilai yang dipegang teguh sejak awal pendiriannya. Sekolah ini menganut prinsip 4C1L: Competence (kepintaran), Conscience (hati nurani), Compassion (kepedulian terhadap sesama), dan Commitment (komitmen), serta 1L: Leadership (kepemimpinan). Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Para siswa tidak hanya dibentuk untuk menjadi individu yang cerdas dalam akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan spiritual yang tinggi. Kegiatan seperti jambore, retret dan live-in di pedesaan, serta ekskursi memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal kehidupan masyarakat dan menghargai keberagaman. Menurut seorang alumni berinisial R yang telah diwawancarai, "Nilai solidaritas yang tinggi menjadi salah satu kekuatan Kanisius. Relasi antar siswa sangat kuat, dan kegiatan-kegiatannya sangat banyak dan seru."