Lihat ke Halaman Asli

reza fahlevi

mahasiswa

Rekam Jejak Sejarah Kemalikussalehan dan Implementasi Lima Pilar Kemalikussalehan

Diperbarui: 4 Desember 2024   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

REKAM JEJAK SEJARAH KEMALIKUSSALEHAN DAN IMPLEMENTASI LIMA PILAR KEMALIKUSSALEHAN

1. Uraian Jejak Sejarah Kemalikussalehan Berdasarkan Kunjungan Lapangan

Kemalikussalehan merupakan konsep nilai yang mengakar kuat pada tradisi keagamaan dan budaya lokal masyarakat tertentu. Dalam kunjungan lapangan ke Desa X, terlihat bahwa prinsip ini tidak hanya dipahami sebagai sebuah ajaran agama, tetapi juga menjadi panduan dalam kehidupan sosial masyarakat. Jejak sejarahnya dapat ditelusuri melalui adat istiadat, situs keagamaan, dan peran tokoh lokal dalam menyebarluaskan nilai-nilai kesalehan.

Misalnya, salah satu situs penting adalah Masjid Tua Al-Hikmah, yang dibangun sekitar abad ke-18. Masjid ini menjadi saksi perkembangan kemalikussalehan, baik sebagai tempat ibadah maupun pusat pendidikan. Tradisi pengajian mingguan yang masih berlangsung hingga kini menunjukkan kesinambungan praktik nilai-nilai ini.

 Selain itu, wawancara dengan sesepuh desa mengungkapkan bahwa ajaran ini diwariskan secara lisan melalui cerita rakyat dan upacara adat seperti perayaan "Hari Bersyukur," yang memperkuat solidaritas antarwarga.

2. Studi Kasus Implementasi Pilar Kemalikussalehan

Sebagai studi kasus, implementasi lima pilar Kemalikussalehan diambil dari Kelompok Tani Sejahtera, sebuah komunitas petani organik di desa tersebut. Kelompok ini dikenal luas karena keberhasilannya mengelola pertanian berbasis nilai-nilai kesalehan. Lima pilar Kemalikussalehan, yakni keimanan, keilmuan, amal, ukhuwah, dan dakwah, menjadi landasan dalam menjalankan kegiatan mereka.

Keimanan: Setiap aktivitas dimulai dengan doa bersama untuk memohon keberkahan.

Keilmuan: Kelompok ini rutin mengadakan pelatihan tentang teknik bertani yang ramah lingkungan, didukung oleh narasumber lokal maupun nasional.

Amal: Hasil panen sebagian disisihkan untuk membantu anggota kelompok yang kurang mampu atau untuk disumbangkan ke panti asuhan.

Ukhuwah: Anggota saling membantu, baik dalam proses bercocok tanam maupun saat ada yang menghadapi kesulitan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline