Siapa yang tidak marah tatkala berharap banyak tetapi tidak memberikan kepastian. Mirisnya lagi ujung-ujungnya ditinggal. Ibarat berpacaran dengan seorang wanita cantik, berharap ada bersama selamanya rupanya hatinya punya yang lain. Begitulah gambaran wajah politik saat ini. SBY menyiapkan anak kesayangannya untuk mendampingi Anies, malah yang dipinang adalah Cak Imin.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak bisa menahan perasaan kecewa atas keputusan Anies Baswedan menggandeng Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres di Pilpres 2024. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY ini merasa terkhianati atas perubahan koalisi yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Gara-gara keputusan tersebut, SBY langsung memimpin rapat darurat membahas sikap partai setelah manuver NasDem dan Anies Baswedan pada Jumat (1/9/2023).
Mudah dijelaskan bahwa politik selain penuh intrik juga penuh manuver yang tak dapat ditebak oleh publik. Cak Imin hadir membawa proposal yang menjanjikan. Anies pun menangkap proposal tersebut. Hanya saja sejauh mana berpengaruh terhadap elektabilitas Anies? Kita tunggu kelanjutannnya.
Nasdem memegang kendali dalam koalisi perubahan ini. Tetapi ketika Cak Imin masuk sebagai Cawapres, Murkalah SBY dan kroni-kroninya. Sebenarnya tidak perlu murka karena selama inipun SBY sering membuat orang murka dengan manuver politiknya yang licik. Akan tetapi susah kalau kita membuka lembaran lama. Bahwasannya apa yang terjadi dengan demokrat sekarang adalah sebuah kutukan atas manuver politik masa lalunya.
Jangan marah yang Pak Be-YE. Itulah konsekuensi berpolitik. Kapan naik ke gunung Pak SBY? Kan dulu sudah turun gunung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H