Lihat ke Halaman Asli

Sensasi "Ngawul" di Jogja

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sesuai judul ngawul. ngawul itu sendiri berasal dari kata awul-awul yang diberi imbuhan ng-. belum banyak orang kenal atau familiar dengan kata ini. Terus terang saja, saya mulai kenal dan familiar dengan kata ini sejak saya kuliah di Jogja.

Awul-awul adalah toko yang menjual barang secondhand atau barang bekas yang masih layak pakai, biasanya barang-barang tersebut berupa pakaian impor. Istilah awul-awul lebih familiar di daerah Jogja. tidak hanya ada di Jogja saja, istilah lain awul-awul di masing-masing daerah tidaklah sama. Di daerah Jambi menyebut nya BJ = BAJU JANDA(Yang menurut penduduk setempat diartikan Seperti itu) bahkan ada yang mengartikan nya lain lagi. sedangkan menurut teman saya yang asli betawi, awul itu di Jakarta banyak dijual di pasar senen, di bandung dengan gede bage, di Riau disebut owol-owol, ada juga yang menyebut nya obal-abul dsb. Di daerah Jogja sendiri biasa dijumpai kegiatan ngawul pada acara sekaten yang rutin tiap taun diadakan. Hari-hari biasa dapat dijumpai di daerah dekat pasar Ngasem lama.

Ngawul menimbulkan sebuah sensasi tersendiri bagi mereka yang gemar ngawul. seperti kata Anom salah satu penggemar awul-awul di Jogja "lebih dapet taste nya pakai baju murah tapi brended hasil ngawul". Mereka para penggemar awul-awul ternyata banyak berasal dari kaum pelajar, seperti mahasiswa. selain itu, bisnis pakaian bekas sendiri memang tumbuh subur di daerah sub urban perkotaan yang penduduknya memiliki karakter konsumtif yang selalu ingin berpenampilan serba branded (bermerk). Bahkan untuk kelas ekonomi A pun seringkali rela berdesak-desakkan, untuk mencari baju atau aksesoris yang mereka inginkan di tempat tersebut. Di Indonesia sendiri, kemunculan pasar 'baju bekas' ini tidak berjalan merata. Pasar baju bekas di Sumatera, Batam, Kalimantan, dan Sulawesi misalnya, lebih dulu muncul daripada di Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya.

Menurut Soleh salah satu pedagang awul-awul yang saya jumpai tengah berjualan di Sekaten " baju-baju bekas itu asalnya dibawa dalam karung-karung besar dari pelabuhan. Baju bekas atau Fashion Murah import tercatat ikut membentuk gaya subkultur anak muda yang khusus dan unik. Selain merefleksikan posisi keuangan anak-anak muda yang terbatas, juga menggambarkan gairah akan gaya pakaian-pakaian retro yang otentik dan tidak ada kembarannya. Jenis baju yang dijual di toko-toko baju bekas biasanya berjumlah terbatas, atau malah hanya tersedia sebanyak satu buah saja, sehingga terkesan lebih personal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline