Saya ini suka bepergian (saat ini sudah ke sekitar 25 negara) dan senang menulis dan menyajikan foto-foto dalam tulisan saya di Facebook saya dan beberapa saya tulis untuk Kompasiana. Meski saya menggunakan gawai dengan kapasitas maksimum, ruang penyimpanan kerap menimbulkan persoalan. Akibatnya saya terpaksa membuang beberapa potongan video yang sebenarnya sayang dibuang demi menyediakan ruang untuk foto dan video baru yang dirasa mendesak.
Contohnya ketika beberapa bulan lalu saya diundang mengikuti sebuah konferensi dan tur di sejumlah lokasi, banyak sekali foto dan video yang layak disimpan namun karena saya tidak sempat untuk memindahkan foto dan video ke hard disk eksternal maka sebagai solusi saya hanya merekam video yang penting saja.
Beberapa teman bilang, unggah saja di media sosial maka otomatis akan tersimpan. Tentu itu bisa dilakukan, tetapi bukan solusi karena foto dan video yang saya miliki lebih berkaitan dengan pekerjaan bukan untuk sekadar eksis di media sosial. Seandainya, ah seandainya jika saat itu saya mempunyai SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 tentu sangat membantu karena praktis, Anda bisa melihat di sini:
Solusinya dengan menempatkan hasil penyuntingan dalam SanDisk USB Flash Drive dan materi yang sudah diedit tersebut dikirim via pengiriman barang daring agar saya bisa mengevaluasi di rumah. Hasil penyuntingan berikutnya ditempatkan dalam SanDisk yang lain dan kembali sang editor mengirimkan SanDisk berbeda kepada saya. Ternyata pola bekerja seperti ini cukup memudahkan bagi kami yang sibuk dan tidak memakan waktu untuk bertemu akibat tingkat kemacetan Jakarta yang cukup tinggi.
Dengan modal SanDisk kami cuma perlu bertemu empat kali guna merapikan dan finalisasi penyuntingan bersama-sama. Berkat SanDisk pengerjaan film animasi-dokumenter berdurasi 30 menit itu bisa selesai tanpa ribet dan resensi filmnya sudah dimuat di koran Kompas, majalah Tempo, BBC Indonesia dan sejumlah media lain. Kini saat memenuhi undangan acara pemutaran film, saya cukup datang membawa SanDisk untuk menyimpan video saya itu.
Nah, saat saya masih bekerja sebagai wartawan televisi dan saya bertugas mengikuti sebuah ekspedisi dari Jakarta ke Roma dengan menggunakan mobil selama tiga bulan penuh menempuh perjalanan sejauh 27.000 kilometer melewati 15 negara.
Saat itu tahun 2011, iPhone generasi awal belum canggih seperti generasi kini namun memiliki kamera yang sangat baik dan praktis untuk saya bawa melewati negara yang tidak ramah terhadap pers seperti China, Iran dan Turkmenistan. Sekadar informasi, untuk memasuki China kami harus memberitahukan barang elektronik apa saja yang kami bawa saat itu sehingga demi keamanan dan kelancaran tim, kamera yang dibawa hanya milik juru kamera dan foto jurnalis, anggota tim lain cuma mengandalkan kamera pada ponsel.
Tahun 2011 tentu belum ada iXpand Base yang praktis sehingga dahulu saya harus membawa hard disk yang tebal dan harus membawa laptop pula untuk memindahkan data foto dan video dari ponsel. Jadi saya paham betul betapa menyenangkan jika saat saya ekspedisi dengan membawa iXpand Base kapasitas 128 GB.
Bayangkan saat kita tidur, iXpand Base yang tersedia pula dalam kapasitas 32 GB dan 64 GB bisa ditinggal tidur untuk memindahkan data dan sekaligus untuk mengisi baterai ponsel. Sangat praktis dan seperti tampak dalam video, kabel USB pun terlihat elegan.