Apakah Anda percaya jika ada satu laki-laki yang memiliki dua orang istri tinggal dalam satu rumah dan keduanya akur? Karena sempat menginap satu malam di rumah mereka, saya memercayainya. Sang istri tua tampak rukun dengan madunya, bahkan ia turut mengasuh anak dari istri kedua sang suami. Istri tua dan istri muda tinggal dalam satu rumah yang sama, hanya saja istri kedua tinggal di semacam paviliun rumah mereka.
Anda mau tahu rahasia keharmonisan rumah tangga mereka?
Rahasianya, istri pertama memegang kendali atas harta suami. Nafkah yang diberikan suami kepada istri kedua harus diberikan melalui istri pertama. Ya, sang suami memiliki pekerjaan yang sangat bagus dan membuat kehidupan mereka berkecukupan.
Ada kisah poligami lain yang diceritakan oleh guru les bahasa Inggris saya ketika SMA. Ia mengisahkan tentang teman perempuannya yang merasa bahagia dipoligami suaminya. Usut punya usut, si perempuan merasa memiliki tandem untuk mengurus suami sehingga ia memiliki waktu yang cukup untuk dirinya sendiri.
Hal-hal yang tampak 'aneh' di mata masyarakat pada umumnya bisa jadi merupakan hal yang wajar dan diterima kedua belah pihak dalam pernikahan. Jika keduanya baik-baik saja dengan pilihan mereka, who are we to judge?
Ngomong-ngomong soal keanehan dalam pernikahan, ada beberapa teman yang merasa 'aneh' dengan kondisi dalam pernikahan saya dan suami. Pasalnya, lebih dari tiga tahun menikah, jauh lebih banyak suami yang memasak daripada saya. Di mata sebagian orang, istri memasak merupakan suatu bentuk pelayanan istri yang sewajarnya dilakukan.
Padahal, akar permasalahannya sederhana. Suami jago dan gemar memasak. Ia tak keberatan memasak, malah menyukai aktivitas tersebut. Tontonan favoritnya di Youtube adalah tayangan Master Chef Indonesia.
Cerita lain adalah tentang rumah tangga salah satu kerabat. Sang suami tidak bekerja, sang istri yang menjadi pencari nafkah keluarga. Peran keduanya dibalik, istri bekerja, dan suami mengurus rumah. Sejauh ini, lebih dari sepuluh tahun pernikahan mereka, rumah tangga keduanya adem ayem. Keduanya tak mempermasalahkan pertukaran peran yang mereka jalani.
Pernikahan adalah kasus yang unik. Satu rumah tangga tak bisa disamakan dengan rumah tangga lainnya, sesuatu yang dianggap masyarakat sebagai sebuah 'kenormalan'. Kalau kedua pihak sama-sama rida, rasa-rasanya tidak mengapa.
Saya pernah membaca bahwa penerimaan (acceptance) adalah salah satu kunci pernikahan yang bahagia. Tentu, kita tidak sedang berbicara tentang hal-hal nyeleneh atau melanggar norma agama seperti swinger (saling menukar pasangan) meski kedua belah pihak sama-sama tak keberatan.