Rindu Upacara Bendera
Bulan Agustus ada di penghujung hampir pamit digantikan September ceria seperti gema lagu yang didendangkan Si Burung Camar, Vina Panduwinata. Kerinduan untuk berbagi kasih dan keceriaan di bulan Agustus, sebagai tanda syukur atas Kemerdekaan yang di perjuangkan oleh para pahlawan dan para pendiri bangsa, tentu menggebu, di hati kita.
Lomba panjat pohon pinang dengan aneka hadiah yang bergantungan, lomba balap karung, makan kerupuk yang di gantung di tali, mengarungi danau, dengan halangan ban mobil, memindahkan tepung, hingga belepotan yang mengudang tawa, tak kelah seru, memasukan pensil didalam botol hingga, bola Volley memakai daster untuk para pria yang diiring lagu-lagu Dangdut.
Kami yang tinggal di Sekolah juga mengadakan aneka lomba, menyanyikan lagu- lagu kebangsaan, Folk Song, membuat Yel - yel, Tarik, tambang, buat dan baca Puisi, lomba aneka busana daerah yang dimeriahkan oleh Anak anak, para guru, Karyawan, karyawati lapangan ( termasuk Cleaning Service, SATPAM, dan mereka yang kerja di Rumah tangga) semua terlibat dalam aneka macam lomba. Apa yang biasa diadakan kini hanya dalam bayangan, karena Pandemi kami tidak dapat bertemu, guru dan petugas yang hadir disekolahpun dibatasi.
Tahun lalu kami yang ada di lingkungan persekolahan di Jakarta, mengadakan upacara upacara bendera secara virtual, tahun inipun sama, mengikuti via TV. Kerinduan untuk mengikuti upacara bendera memang selalu ada di hati, apa daya kini pandemic.
Saya merencanakan perjalanan ke Jawa Tengan dengan pelbagai macam jadwal kegiatan, rapat dengan tim kesehatan para dokter, Staf Pembina, Pengawas dan Staf Yayasan, lanjut akan memasukki samadi alias retret tahunan di Rumah Khalwat Santa Maria Tawangmangu, tapi semua buyar bin ambyar, badai pandemic naik dan diadakan PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ) di pelbagai kota, terutama ibu kota Jakarta.
Saya tertahan di Jawa Tengah, tepatnya di Rumah Induk Pekalongan. Bagaimana persaanku ? Sedih, kecewa, menyesal ? Oh tidak ! Semua kunikmati sebagai anugerah Tuhan, kubiarkan waktu berjalan merajut rasa syukurku. Di tempat ini sebagai Rumah pusat, banyak para suster yang tinggal dari yang muda sampai yang sudah sepuh alias LANSIA, juga ada warga lansia yang tinggal di Panti Werda Marganingsih