Lihat ke Halaman Asli

Monika Ekowati

Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 31, Perutusan Misi Jiwa Kelana (4)

Diperbarui: 14 Agustus 2021   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semburat  Putih Pelangi  Kasih ( Lukisan  BP.Y.P Sukiyanto )

Perutusan,  Misi  Jiwa  Kelana (4)

Cerita  sebelumnya :

Aku pun mulai melakukan tirakat supaya diberi petunjuk dan kewaspadaan lebih. Dan untunglah aku sudah menguasai ilmu halimun mawungkus, jadi aku bisa menyelimuti diriku dengan gumpalan awan sehingga tidak akan ada orang yang akan dapat melihat kalau aku pergi ke mana-mana. Aku akan menggunakan ajian ini agar bisa menolong warga desa untuk menangkap maling genthiri itu.

Siang ini aku mencari batang daun kelor dan pelepah pisang berikut daunnya, karena dalam meditasiku tadi pagi aku diberi petunjuk. Dan dalam penglihatan itu, maling genthiri akan beroperasi malam ini. (  Bersambung )

Kuusahan supaya seisi rumah Pak Kirno tidak curiga padaku, juga Sekar Kinasih yang tidur sekamar denganku. Batang dan dedaunan kelor dan pelepah pisang itu kusimpan rapat-rapat di bawah kolong tempat tidur.

Di desa itu mencari barang-barang itu amat mudah karena hampir di setiap kebun ada. Tanaman kelor selain daunnya dapat disayur bening dan rasanya enak juga punya manfaat lain yaitu untuk menambah produksi air susu ibu yang baru melahirkan. Selain bermanfaat untuk menolak teluh atau guna-guna, dan menghilangkan susuk.

Itulah khasiat kelor yang kudengar dari Eyang Narotama dan Eyang Sekar Tanjung, juga Ayahanda Prabu Airlangga dan Ibunda Ratu. Ketika malam tiba, aku mulai memasuki keheningan batinku. Intuisiku merasa laksana radar yang menangkap adanya sesuatu yang terdeteksi, dan aku merasakan bahwa malam ini akan terjadi perampokan yang dipimpin maling genthiri.

 

Sehabis makan malam aku masuk dalam meditasiku. Sengaja aku tidak makan nasi dan hanya makan ubi jalar sebagai bentuk ulah tapaku. Karena keluarga Pak Kirno sudah tahu dan paham, mereka tidak pernah memaksaku untuk makan nasi.

Aku pun masuk kamar dan mulai melakukan samadi. Benarlah apa yang kurasakan. Ketika malam benar-benar dipeluk keheningan yang dalam, rombongan maling genthiri mendekati rumah penduduk, mungkin berjarak 20 rumah dari rumah Pak Kirno.

Hal ini dapat kurasakan dari getaran kulitku yang memanas. Lalu aku pun menyelubungi diriku dengan aji halimun mawungkus, sehingga aku bebas ke mana pun aku pergi tanpa dilihat orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline