Kasih Bunda
Cerita sebelumnya :
Sesungguhnya bintang itu adalah cakra yang membentang melingkari dan melindungi setiap manusia. Meningkatkan kekebalan auranya dan mengasah nuraninya untuk dekat pada Yang Esa, Yang Kuasa.
Sang Khalik menganugerahkan tanda unik di setiap sidik jari. Dari situ setiap manusia telah membawa setiap anugerah dan rahmatnya dari Tuhan, segala kecakapan, talenta, hobi, pengetahuan, kelebihan, dan ketidakmampuannya.
( Bersambung )
Bunda selalu memelukku sambil mengurapiku dengan minyak cem-ceman kembang setaman yang telah direndam minyak zaitun dan kemiri yang dihaluskan. Kata bunda, sebagai wanita rambutku mesti hitam legam. Sebagai wanita aku harus berani ditata dan menata diriku sehingga tampil cantik luar dalam. Terlebih aku seorang calon ratu yang telah lama didambakan.
Bundaku juga mengajarkan bahwa aku tak boleh membedakaan orang, baik itu dari kaum Brahmana, Kesatria, Sudra, maupun Paria. Semua sama di hadapan Sang Khalik yang memberi matahari dan hujan pada makhluk-Nya di muka bumi ini.
Setiap manusia itu secitra dengan sang Khalik dan dicintai-Nya tanpa syarat. Maka kita meski menerima setiap orang. Yang membedakan manusia itu adalah kelakuannya. Pada dasarnya mereka lahir dari Sang Sumber Kebaikan dan Kebenaran. Hanya mereka bisa memelihara kebaikan dan kebenaran yang ada di dalam dirinya atau tidak.
Bundaku senantiasa mengajarkan kebijaksanaan dan falsafah hidup dengan kasih keibuannya yang mendalam, dengan cara yang halus, agar semua yang diucapkannya itu terdengar dan terbenam dialam bawah sadar serta nuraniku untuk menjadi tindakan yang nyata.
Aku dibiarkannya menikmati kelembutan belaiannya di atas pangkuannya. Sambil bercerita Babad Tanah Jawa yang diselingi tembang-tembang macapat. Bunda mengajariku falsafah-falsafah hidup para leluhur, yang Adi luhung, dalam memperjuangkan pertiwi ini.