Lihat ke Halaman Asli

Monika Ekowati

Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 4 Gua Garba sebagai Kosmik Bunda 1

Diperbarui: 15 Juli 2021   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semburat Putih Pelagi Kasih (lukisan Bp Y.P Sukiyato dok.pri)

Gua  Garba Sebagai Kosmis Bunda 1

Cerita  sebelumnya :


Betapa luar biasanya Sang Penguasa Jagad Raya mengaruniai, membekali, dan mendandani setiap makhluknya, untuk setia dalam sifat dan pertumbuhannya. Terutama kepada manusia, Dia menciptakannya secara unik, rumit, penuh makna, agar manusia bisa mencari jalan dalam kelahirannya di dunia, memulai peziarahannya menuju kebahagiaan abadi yakni Sang Khalik yang menjadi citra jiwanya.  ( Bersambung )

Sejak Konsepsi di gua garba (rahim ibu) terjadilah peristiwa atau kisah surgawi yang penuh dengan segala keajaiban. Yang Ilahi menjadi manusia, dan yang insani menjadi ilahi. Dua unsur ilahi dan insani bersatu. Badan wadah jiwa, karena diilahikan oleh Roh Sang Hyang Widhi. Sejak napas kehidupan ditiupkan, Cinta tanpa syarat dicurahkan Sang Khalik pada umat yang dikasihi. Yang akan ditebus oleh kesucian Darah Anak Domba.

Badan, Jiwa dan Roh adalah unsur dasar manusia yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, tiga unsur ini merupakan kesatuan seutuhnya yang memberi kekuatan seorang manusia untuk hidup bergerak dan ada, hidup sebagai pribadi atau hidup mengelompok dalam komunitasnya. Semua itu adalah gambaran persatuan Trinitas Yang Maha Kudus.

Suatu misteri yang hanya bisa dipahami oleh iman yang dalam. Pikiran manusia tidak akan mampu menguak misteri keabadian itu, meskipun manusia bisa mempelajari anatomi tubuh dan kedalaman manusia, termasuk isi rahim kehidupan. Tapi keberadaan Tri Tunggal tetaplah menjadi misteri keabadian yang tidak dapat dikuak oleh kemanusiaan. Sebab semua itu bukanlah wilayahnya. Misteri itu adalah wilayah Ilahi.

 Dalam kesucian abadi pikiran manusia, setinggi apa pun, tidak akan mampu mengungkapnya. Hanya iman yang dalam dan diterangi oleh Roh Suci yang datang dari Sang Hyang Widhi sendiri yang mampu membuat jiwa hati, budi mengerti, dan memahami.

Apa yang datang dan dianugerahkan oleh yang Ilahi adalah luar biasa sempurna dan menakjubkan. Sesungguhnya tulang telinga yang paling kecil dibentuk untuk pertama kalinya, agar setiap orang peka mendengarkan suara Tuhan, suara alam, suara sesamanya. Suara yang menegur, memuji, maupun mengkritik demi kebaikan, suara yang menuntun dan membawa manusia menuju kebenaran.

Rahim seorang wanita begitu elastis yang bisa memberikan kekuatan melewati masa-masa sulit untuk melahirkan bayi sang kehidupan yang telah dikandungnya, melahirkan kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang telah ditenun Tuhan dan direstui sebagai hasil buah kasih dua manusia, perempuan dan pria yang saling menyayangi.

Di gua garba bundanya, janin bisa berenang dengan bebas dan penuh ketenangan bersatu dengan darah dan air di rahim bundanya, sebagai atmosfer kasih yang menghidupi dirinya. Rahim bagai tanah tempat dia berpijak sekaligus awan tempat janin membahana.

 Tempat menimba kekuatan untuk mengakar pada keilahian, sehingga nantinya bisa bertumbuh sebagai manusia rohani yang selalu mencari kebenaran dan jalan menuju Tuhannya sebagai citra jiwanya. Jiwa itu yang selalu berkontak dan mencari persatuan pada sumbernya yaitu Sang Khalik sumber kehidupan abadi.

Dalam rasa, singal, karsa, budi, batin dan persatuan jati diri dengan bundanya, rahim juga sebagai kolam tempat janin berenang bebas melatih indranya dalam persatuan dengan sumber telaga sejati yang menjadi pusat kehidupan jiwa dan rohnya. Dialah oase tempat berlabuhnya para jiwa yang memberi kesejukan dalam peziarahan perjalanan kehidupan. 

Janin memperkuat badannya, tumbuh semakin besar dan kuat agar siap dilahirkan di dunia fana. Cerita dari janin berbisik, "Aku dapat memberikan cerita kecilku sebuah tempat kedamaian seolah pengaturan tanah. Tapi aku lebih suka untuk menggambarkannya sebagai suatu tempat yang amat jauh, namun begitu dekat karena dapat diserap oleh mata jiwaku. Sebuah pemandangan langit biru dengan mega-meganya yang putih bersih, bentangan samudra yang membiru, itulah rasa keluasan dalam rahim bundaku."

Suatu rasa keleluasaan, yang dalam dan asli, murni diciptakan, membuat rasa lega dan kekaguman bagi yang menyimak dan merasakan. Itulah suasana 'kosmis bunda', rahim yang penuh kedamaian, tempat menyerap segala rasa aman, damai dan mengolahnya menjadi makna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline