Kisah Idul Fitri dimasa Kecilku
Setelah berpuasa sebulan kini tiba hari yang dinanti. Tidak hanya bagi saudara saudariku umat Muslim tapi juga bagiku, sanak saudaraku dan teman-temanku.
Hari Lebaran tahun ini tepat bersamaan dengan Hari Raya Yesus Naik ke Surga setelah 40 hari sebelumnya mati di Salib dan bangkit pada hari ke tiga, selamat 40 hari Yesus bersama para Rasul-Nya. Umat Moslem, dan Umat Kristiani merayakan hari Raya yang sama.
Inilah Indonesia, berbeda iman namun mesra, merayakan bersama. Sejak tadi siang Waktu dipenuhi dengan kiriman gambar dari saudara dan kenalanku gambar yang teduh, penuh kedamaian dan persaudaraan dari 2 wanita yang satu berkerudung menggambarkan wanita Moslem dan yang satu biarawati.
Bukankah kita sama dihadapan Tuhan, kita manusia " Citra Allah" Kemanusiaan kita menuntun kita pada terang Allah, karena pada DIA kita berasal dan akan kembali. Nurani kita hendaknya dimampukan untuk berjalan bersama, mendukung dalam doa dan perbuatan baik, saling mengasihi dan peduli, agar dunia tempat kita hidup saat ini menjadi dunia yang damai, yang menuntun kita untuk menuju kedamaian abadi yang dikehendaki Tuhan.
Puji Tuhan didalam keluarga saya selalu dibiasakan untuk menerima semua orang dan dilatih untuk punya kepedulian kepada mereka yang miskin, terlantar dan tersingkirkan.
Sehingga meskipun bapak ibu punya anak banyak, mereka masih menampung orang lain di Rumah kami, walaupun itu bukan saudara. Saya masih ingat waktu itu ada 5 perempuaan teman kakakku yang tidak tahan hidup dengan ibu dan ayah tirinya, mereka akhirnya tinggal di keluargaku.
Saya masih ingat ketika Tahun 1969 hari Raya Idul Fitri tepat bersamaan dengan hari Natal (yang diperinati sebagai hari Kelahiran Yesus) Saya ingat karena sehabis dari makam para leluhur yang merupakan kebiasaan kami di Hari Idul Fitri berkunjung ke makam.
Sepulangnya bapak mengajak kami ke Foto Oei untuk berphoto sekeluarga, jadilah foto kenangan di hari Natal dan Idul Fitri. Waktu itu adikku yang bungsu belum lahir, baru adik yang ke 5.
Idul Fitri senantiasa menjadi penantian bagi bocah-bocah kecil. Menanti Lebaran rasanya lama sekali bagi anak kecil seusiaku saat itu . Pagi hari sebelum fajar menyingsing, kami sudah mandi di sumur besar, pakai baju baru, sepatu baru. Pergi kemakan trus silaturahi ke tetangga terdekat sekampung, tentu yang di harap juga " salam tempel" kesukaan anak-anak.
Selain itu juga merasakan jajanan yang lain dari yang di Rumah.Betapa senangnya bersama teman-teman masa kecilku keluar masuk Rumah tetangga, bersalam salaman mohon doa restu dan berkat.