Diary,
Selamat ketemu lagi ya, saya senang deh, Kompasiana memberi kesempatan untuk mengenang masa lalu yang membahagiakan terkait " Salam Tempel ". Tahu nggak bagiku "Kenangan manis tak akan habis, kenangan sayang tak akan hilang.
Setiap hari Raya Idul Fitri selalu menjadi penantian. Meskipun saya lahir dan dibesarkan sebagai orang Katolik, keluarga kami selalu merayakan Idul Fitri. Tidak hanya keluargaku namun seluruh, warga di kampungku, kotaku.
Bahkan teman-temanku yang Thionghowa juga merayakannya, sebagaimana kami juga meranyakan Tahun Baru Imlek, pokoknya kalau ada hari raya, kami merayakannya. Apalagi Idul Fitri layaknya menjadi Pesta budaya di Blora Jawa Tengah. Sebagai anak tentunya mengharapkan "Salam Tempel "
Ada nyanyian Pramuka demikian
Apa yang dicari orang... Uang!
Apa yang dicari orang pagi siang petang dan malam ? Uang..uang...uang
Uang...uang uang!
Jangankan orang dewasa, anak kecilpun senang kalau diberi uang ya nggak?
Kebiasaan Idul Fitri dan Hari Raya lainnya.
Dikampungku ada kebiasaan 1 hari sebelum Idul Fitri kami mengantar makanan ke tetangga, juga pada saat " Bodo Kupat " atau biasa disebut "Lebaran Ketupat" biasanya 1 Minggu setelah Idul Fitri kebiasaan dalam keluargaku juga mengantar makanan dan ketupat, meskupun tetangga lain juga membuatnya dan mengirimkannya kepada kami.
Nah saya sebagai anak sulung dengan adikku no 2 biasanya mendapat tugas untuk menghantar hantaran makanan itu, karena sudah cukup kuat untuk membawanya dan mengantar ke para tetangga.