Hari itu kutatap nanar wajahmu, damai, teduh dalam ketaatan purna.
Dirimu tidak lagi bisa tersenyum, menyapa ramah anak-anakmu,
Dan memanggiku lagi " Nduk Cah Ayu"
Sudah dua puluh dua tahun, saya berpisah denganmu,
Malang melintang mengikuti panggilan jiwaku, hatiku, hidupku.
Dulu dikau tidak setuju, saat saya hendak melangkah dalam hidup panggilanku. namun akhirnya dikau bahagia melihat putri sulungmu ini bahagia pada jalannya.
Kini dirimu terbujur kaku,
Tugas dan tanggung jawabmu telah tuntas untuk mengasihi, bertanggung jawab pada hidup istri dan anak-anakmu.
Kejujuran, kerja keras , kedisiplinan, ketekunan, kesetiaan dan keramahan pada siapa saja itulah harta terindah yang kau ajarkan dan mejadi bekal kami dalam meniti hidup.
Perjuanganmu mengayuh sepeda 18 km setiap hari sebagai kepala sekolah desa. Kerajinanmu memarut kelapa membuat makanan kesukaanku setiap saya datang cuti,
Tertawamu yang renyah dengan diselingi cerita humormu.