Pernak Pernik memperingati Hari Kartini
"Ada pepatah Gajah mati meninggalkan belang, manusia Mati meninggalkan Nama".
Kiranya tepat diterapkan pada sosok pahlawan wanita Indonesia ini. Nama harum R.A Kartini sebagaimana yang termeterai didalam lagu " Ibu Kita Kartini "ciptaan WR Supratman., tentu termeterai di hati setiap perempuan Indonesia, yang sadar dan merasa dampaknya betapa besar perjuangan Kartini.
Pada tanggal 21 April sebagai peringatan hari Kartini, tentu ada upacara dan habitus yang diadakan di sekolah pun Instansi pemerintahan, tentu jika situasinya normal tidak diterjang oleh pandemic seperti saat ini.
Masih terbayang dalam ingatan sewaktu penulis, ber- sekolah di SMP Katolik Adi Sucipto Blora, juga semasa menjadi siswi di SPG Negeri Blora. Keduanya dan sekolah lain pada umumnya selalu mengadakan lomba antara lain, Lomba memasak, melukis, puisi dan deklamasi, menulis artikel dan yang tak kalah ramai yaitu lomba " Ratu Luwes " termasuk di dalamnya predikat Puteri Pelajar, Photogenic, Persahabatan.
Paling bangga kalau terpilih sebagai Pemimpin Upacara, rasanya itu kehormatan tersendiri. Sebagai wanita yang ditunjuk untuk memimpin jalannya upacara di hari besar memperingati Pahlawan Nasional Wanita.
Di kedua sekolah tersebut kami di wajibkan untuk berkebaya dan bagi murid pria diwajibkan berdasi atau pakai pakaian Sorjan lengkap dengan blangkonnya, di hari itu, bahkan hal ini kualami sejak SD. Namun ramainya ketika SMP, dan SPG, maklum mungkin sudah menginjak remaja, jadi sudah tahu bagaimana mematut diri dan bergaya. Hari Kartini menjadi dambaan tersendiri supaya bisa berkebaya yang modis dan matching komposisi warna tentunya.
Lucunya sewaktu di SPG, para teman pria menyewa becak dan menawarkan kami serta mau menjemput dan mengantar. Ide itupun datang dari OSIS, untuk membantu teman-teman kami yang hidup kost di Blora, maklum mereka berasal dari tempat yang cukup jauh semisal, Kecamatan Kunduran, Ngawen, Cepu, Nglobo, Randublatung. Bisa jadi 1 becak bisa memuat penumpang dan melaju 8 kali bahkan lebih untuk menjemput dan mengantar. Waktu bisa diatur, karena seusai upacara, kami biasa mengadakan lomba.
Acara Menapaki Jejak Perjuangan Kartini
Pernah suatu kali kami dibebaskan oleh sekolah untuk mengadakan Acara peringatan Hari Kartini, waktu itu kami kelas akhir di SPG. Kami merancang untuk menelusuri Jejak Kartini dengan nge -Gowes, alias bersepeda.
Menempuh 36km dengan pembagian jarak 12 km dari Blora menuju Bulu Mantingan disinilah terdapat makam Raden Ajeng Kartini serta putranya RM Susalit. Kami 40 peserta sukarela siapa yang mau nge gowes ramai-ramai berangkat dari Blora saat Fajar. melewati beberapa desa Karang jati Medang, Ngampel, daerah persawahan dan hutan, sampai di Mantingan masih pagi. Kami nyekar ( tabur bunga di makam R.A Kartini) serta berdoa bersama. Rasa haru dan syukur memenuhi lubuk hati kami mengenang perjuangan beliau.
Sesudahnya kami membuka bekal masing-masing dan saling berbagi untuk sarapan pagi. Perjalanan masih lanjut ke Rembang dengan jarak tempuh 24 km dari Mantingan, meskipun desa Bulu Mantingan lebih dekat lokasinya dengan Kabupaten Blora, namun masuk wilayah Kabupaten Rembang.