The Church of Holy Sculpture
Mengenang Paskah berarti mengenangkan pengorbanan dan sengsara Yesus, mulai dari Dia mengadakan Perjamuan Paska Yahudi, yang diperingati oleh Umat Nasrani sebagai Malam Perjamuan terakhir atau disebut juga malam Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sepi. Maka pada tulisan ini saya akan menuliskan pengalamanku saat sampai di pucak Golgota.
Waktu itu langit biru cerah, tanpa awan putih sedikitpun, begitu indahnya. Saya belum pernah melihat langit sebiru seperti siang ini. Di Golgota kami mengakhiri jalan salib, mendengarkan kisah tentang Golgota = Bukit Tengkorak yang dulu untuk menyalibkan Yesus.
Untuk menuju puncak Golgota, kami melewati Gereja Ethiophia, lalu naik keatas. Sebenarnya sebelum Natal saat itu, kami telah mengunjungi Makam Yesus dan batu tempat jenazah Yesus dibaringkan, namun kami tidak mengetahui kalau disitu, atau tepatnya diatas makam Yesus adalah puncak Golgota.
Ketika itu sangat ramai peziarah hingga kami antri selama 2 jam untuk dapat memasuki makam Yesus. Kami sungguh beruntung bahwa kami bisa mengunjunginya untuk ke dua kalinya, meskipun hari itu peziarah juga banyak namun tidak sebanyak hari yang pertama kami berkunjung.
Kini dari batu tempat jenasah Yesus dibaringkan kami menaiki anak tangga yang cukup tinggi. Disinilah puncak Golgota, altar Yesus, Dia yang oleh Yohanes Pembabtis dikatakan sebagai " Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29), menggambarkan bawa sebagai Domba persembahan tentulah tidak bercacat dan muda.
Dia memang tanpa cacat cela dan di Golgotalah altar perdana bagi Yesus sebagai imam agung diurapi dengan DARAHNYA sendiri. Sebagai Imam Agung yang memulihkan manusia kepada Allah Tritunggal. Manusia kembali kepada Citra-Nya.
Darah-Nya adalah darah penebusan. Kalau Allah dalam menguji iman dan ketaatan Abraham, telah memerintahkan supaya mengurbankan Putra tunggalnya yaitu Iskak, namun ketika Abraham siap untuk membunuh Iskak, Allah melalui malaekat-Nya melarangnya dan menyediakan domba korban sebagai pengganti Iskak.
Tidaklah demikian dengan Putra-Nya sendiri Yesus mesti menanggung korban ini karena tidak ada seorangpun nabi yang mampu memulihkan harkat manusia kepada Allah Sang Citra jiwa
Itulah bukti bahwa Allah Tritunggal yang Maha Kudus sangat mencintai kita manusia dengan cinta-Nya yang tanpa syarat melalui Penebusan Putra-Nya Yesus Kristus.
Setiap manusia lahir telah berdosa terhadap Allah dan gagal memenuhi standar-Nya (Roma 3:23). Dalam Perjanjian Lama (setelah dosa asal Adam & Hawa), Allah menerima kematian binatang sebagai pengganti orang berdosa.