Mengenang Sengsara Tuhan
Di Jumat Suci ini, mengenang sengsara Yesus Sang Juru Selamat terjanji, kubuka lembaran untuk merenungkan kembali perjalananku ke Tanah Suci. Sungguh bagiku perjalanan ini kurnia Ilahi, yang di anugerahkan kepadaku karena cinta kasih-Nya nan suci.
Pagi nan indah matahari bersinar cerah, dari hotel kami menuju pusat kota Jerusalem, kami para peziarah memasuki gerbang Daud, dimana setiap pintu terdapat ayat Kitab Taurat, dan ada tanda khas Yahudi.
Diperjalanan kami juga bertemu banyak orang laki-laki mengenakan gulungan kertas kecil yang dipasang didahinya. Ketika saya bertanya pada tour guide , dia menjelaskan bahwa itu merupakan adat kebiasaan Yahudi setiap lelaki dewasa mengenakan gulungan kertas yang bertuliskan ayat dari Taurat Musa.
Perjalanan kami memasuki komplek tembok ratapan diperiksa sangat ketat, karena kami memasuki daerah " terlarang ", yang dulu merupakan Pusat Kota Yerusalem dimana Bait Allah dibangun.
Bahkan ketika seorang Bruder membawa buku Misa yang besar dan tebalnya seperti Kitab Suci, dicegah untuk masuk dan buku itu diambil. Kebetulan saya berjalan beriringan dengan Bruder.
Lalu kami menjelaskan pada petugas bahwa buku ini bukan Kitab Suci Umat Kristen tapi buku doa biasa. Mungkin karena saya seorang perempuan dan berpakaian biarawati petugas itu mempercayainya. Akhirnya kami diijinkan masuk, meski telah membuat deg-degan bagi para peziarah yang lain, Nampaknya mereka orang Afrika karena baik lelaki maupun perempuan mereka berkulit hitam, dan membawa senapan.
Hal seperti ini yang membuat hati kami ngeri-ngeri sedap melihat dimana- mana tentara membawa senapan yang menakutkan. Namun kami setiap naik bus, langsung cerita isi hati masing-masing dengan penuh canda. Inilah ciri khas orang Indonesia yang tak pernah stress dengan sesuatu yang dijumpainya yang mungkin sangat menegangkan. Segalanya ditanggapi "serba untung"
Jalan Salib Merenungkan Perjalanan ke Puncak Golgota
Baiklah ceritanya kulanjutkan, kami memasuki Pusat Kota Suci Jerusalem Kuno. Bangunan kuno nan anggun membentang dihadapan kami. Pertama kami mengunjungi Gereja Santa Anna, konon disinilah Rumah Santa Anna dan Santo Yoakim orang tua Maria Bunda Yesus Sang Mesias.
Kami mengadakan Ibadat Sabda untuk mengenang keberadaan Bunda Maria sebagai Anawim hamba Yahwe yang sederhana dan rendah hati, Bunda pengantara rahmat yang dipilih Tuhan,untuk memnjadi Bunda Sang Juru Selamat dunia.