Diary,
Sugguh saya ingin menuliskan peristiwa ini, memeteraikannya padamu agar peristiwa ini selalu terkenang dan sebagai tonggak perjuangan Ovi kemenakkanku.
Selamat Jalan Ovi, kami mencintaimu, kami merindukanmu, kami mendoakanmu, rajin belajar, jujur, tetap rendah hati dan rajin menolong orang, jaga diri baik --baik ya. Demikian yang memenuhi berita dalam Whats App keluarga.
Bagiku, ketika mendapat khabar bahwa Athanasia Olivia ( Ovik ) mendapat beasiswa ke Jerman, sungguh kurasakan bahagia, sekaligus terharu. Anganku mengingat sewaktu dia usia 3 tahun ditinggal mamanya ( adikku yag no 4 , Margaretha Catur Irianti ) yang menghadap Bapa karena tumor ganas, dalam waktu 6 bulan telah membutakan penglihatannya dan menghatar dia menghadap Sang Khalik, Allah Penguasa Kehidupan.
Ovik yang belum tahu apa yang terjadi pada mamanya dan situasi disekelilingnya, ketika koor nyanyian duka " Tuhan Berikanlah Istirahat " menghantar mamanya, dia malah bertingkah seperti condaktur yang memberi aba-aba kepada yang hadir untuk menyanyi. Sontak yang hadir malah menangis karena haru.
Ovik akhirnya diasuh oleh ibuku, dan dalam perjalanan waktu ibuku tidak tahan lagi untuk tinggal di rumahnya di Blora, karena dalam waktu dua tahun kehilangan suaminya ( bapakku ) dan adikku Tatik. Akhirnya ibu pindah ke Malang tinggal bersama adikku yang bungsu.
Setahun kemudian ibuku menyusul mereka yang dicintainya, tanpa menderita sakit peristiwa ini pernah kuceritakan pada tulisan yang berjudul "Kasih Ibu Menumbuhkan Imanku"
Nah Ovik, akhirnya diasuh oleh adikku yang bungsu, menjadi kakak bagi Allea dan Marcel. Dari TK hingga SMP dia sekolah di St Yosef atau terkenal dengan sebutan Wha Ind sekolah yang di bawah binaan para Pastor CDD. Ovik mencapai prestasi baik, setelah lulus SMP dia masuk SMA Negeri 5 Malang dan sekolahnya berkerja sama dengan Program Beasiswa sekolah di Jerman.
Sewaktu dia lulus, sudah masuk kursus dan pembinaan dari Staf Jerman, serta mulai terhubung dengan orang tua asuhnya. Karena pandemic keberangkatannya ke Jerman tertunda.
Selama dia kursus Bahasa Jerman, saya meminta dia untuk kirim, pidato, atau presentasi dalam Bahasa Jerman. Lalu saya kirimkan Suster provincial SND Jerman dan beberapa sahabatku di Jerman, apakah mereka mengerti apa yang dikatakan.
Ternyata mereka bilang Ok pronounsiation dan ucapannya jelas, tidak seperti saya Englishnya masih logat Jawa nan medhok, he..he..he. Dengan demikian cara saya membantu dia untuk memacu diri menguasai dan fasih berbahasa Jerman.