Mata adalah Jendela Jiwa
Bagaimana saat ini seorang akan melihat senyuman yang manis menawan, kalau semua memakai Masker? Dengan Hadirnya Mr Covid semua orang dipaksa menutupi katampanan dan kecantikannya sera senyum manis dan tertawa renyahnya.
Mungkin Tuhan berkehendak menyadarkan kita bahwa di hadapannya kita itu sama, tanpan, cantic, sedang, kurang tampan dan kurang cantik, semuanya dicintai tanpa syarat, karena Dialah yang menciptakan kita dan asal serta tujuan keberadaan kita.
Meskipun memakai masker, kejelitaan pancaran jiwa manusia tetap nampak dari pancaran matanya. Orang bilang " Mata itu jendela jiwa " dari matalah kita bisa melihat seseorang itu bahagia, gembira, terpesona, riang, sedih, duka, menyimpan sesuatu, berbohong, mengatakan kebenaran, tulus dan masih banyak litany yang dipancarkan oleh mata manusia.
Mengapa saya membuat judul "Lihatlah Senyum Dimataku" ya anda bisa melihat senyum dimata saya, juga dimata orang lain. Senyum itu dapat dipancarkan, karena mata kita jendela jiwa yang bisa mengungkap situasi kedalaman batin / spiritual kita.
Tidak percaya ? berkacalah dan perhatikan mata anda, sadarilah perasaan hati yang sedang bergejolak atau anda rasakan, mata kita akan menunjukkan, mata tidak pernah bohong, sehebat apapun kita bersandiwara.
Mensyukuri anugerah Penglihatan dan menggunakannya dengan Baik
Bersyukurlah kita dianugerahi Tuhan mata sebagai indra untuk melihat.Namun kadang apa yang dilihat oleh dua orang yang berbeda bisa berakibat berbeda pula akibatnya. Bagi orang yang satu membahagiakan, bagi yang lainnya biasa-biasa saja atau bahkan menjengkelkan.
Perlunya kita melatih penglihatan kita untuk menuntun KESADARAN kita kearah kebaikan, sesuatu yang bisa menimbulkan rasa syukur, pada sesuatu yang mengarahkan pada yang adiluhur, yakni Kekreatifan Allah sendiri.
Sebagus apapun lensa yang pernah dibuat didunia ini yang bisa menghasilkan foto dengan hasil yang spektakuler, namun tetap kalah dengan lensa mata kita yang bisa melihat dengan sangat luas.
Maka perlulah kita melatih penglihatan kita dan mengasahnya dengan kepekaan nurani kita. Mengapa ada orang yang melihat keburukan terus menerus pada dirinya, sehingga dia kehilangan rasa syukur? Atau ada orang yang selalu melihat kebaikannya namun tidak mengolahnya dan menjadi sombong ?
Dalam melatih kesadaran menyentuh penglihatan ini, kita dituntut untuk jujur, murni, apa adanya. Sehingga memampukan kita untuk bersyukur atas segala anugerah Tuhan. memandang diri sendiri secara sehat.