Hello Diary,
Saya mau cerita nih, siapa tahu berguna bagi para pembaca, yang punya saudara yang pulang dari Luar Negeri.
Berawal dari WA seorang sahabat :" Suster Monika saya sangat rindu pada Cucuku yang baru kembali dari Ausi, tapi apa dayaku, kami tidak boleh bertemu, cucuku sekaang ddi karantina lima hari di hotel, hanya video ini yang bisa dikirim"
Dari peristiwa itu saya terus berunding dengan para Suster bagaimana seandainya nanti para suster yang datang atau pulang dari Luar Negeri ke Indonesia, karena ada khabar ada Suster dan Para Novis ( calon biarawati ) yang selesai pembinaan dan akan kembali ke Indonesia.
Maka kami menyiapkan tempat untuk karantina para suster. Karena biara kami di Puri masih dienovasi, dan paa susternya tidur di ruang seadanya, maka kami memilih karantina ada di Biara Miyam Komplek Sekolah Notre dame II di Grand Wisata Bekasi.
Para suster juga senang dan menyiapkan tempat untuk isolasi mandiri dan melayani, mengantar makanan untuk suster yang sedang diisolasi. Semua perencanaan sudah beres.
Mempersiapkan tempat untuk Isolasi Mandiri
Tetiba tanggal 21 Februari ada satu Suster kami yang datang dari Philippina, seperti biasa ada Suster yang menjemput saat dini hari, karena pesawat PAL ( Philippines Air Lines)biasa tiba pukul 00.00 atau lebih. Ternyata ke dua suster yang menjemput tidak diperbolehkan bertemu dengan Suster yang baru tiba.
Setelah meminta dengan petugas, hanya boleh bicara jarak jauh. Kepada Suster yang baru dating ada 2 pilihan. Karantina di Wisma Atlet tidak dipungut biaya alias gratis, tapi kalau pilih hotel, harus bayar sendiri. Demi keamanan akhirnya diputuskan menginap di hotel yang ditunjuk dan bekerjasama dengan pihak bandara.
Akhirnya susterku itu diantar ke Hotel Mercury di Jalan Simatupang Jakarta Selatan. Setelah waktu karantina, saya sendiri yang menjemput Suster dan mengantarnya ke Grand Wisata Bekasi. Ceritapun mengalir, susterku tidak boleh keluar dari kamar,makanan diantar dan diletakan di depan kamar.
Layaknya tuan puteri yang dilayani tinggal di hotel yang luxury lagi, jadi kikuk jadinya. Saya hanya bisa membayangkan, kalau terjadi pada diriku, selain jadwal doa, harian tentunya banyak waktu untuk menulis he..he..he. Olah ragapun hanya bisa jogging di tempat, abis tidur, nglimbung dan tidur lagi seperti lagu yang dinyanyikan "Mbah Surip".
Karena tidak ada kegiatan apapun, dan harus tinggal dikamar, bisa juga buat variasi, kalau berdoa di-tari-kan saja supaya badan juga bergerak memuji Tuhan. Sayangnya hanya khayalanku ha..ha..ha.