Dua penjaga sekolah itu tergopoh-gopoh ketika berjumpa denganku, dia memnyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya, lucu melihatnya, seperti pencuri yang tertanggkap polisi.
"Lho pak darimana dan mau kemana?" , tanyaku
Mereka saling memandang dan tidak menjawab pertanyaanku.
Pak darimana dan mau kemana?" , tanyaku, kuulang lagi.
Mereka nampak kebingungan dan masih saling pandang. Saya memang tamu yang baru datang kemarin sore di tempat ini, namun yang namanya karyawan ya saya tahu meskipun tidak hafal namanya. Baru tadi pagi saya diberi tahu bahwa yang satu namanya pak Untung, yang lainnya Pak Soka.
"Anu Sus , ini kami dari Mak Yah, ambil ayam hitam, katanya untuk sesajen", kata pak Soka tanpa kutanya tapi jawabannya seperti grontol tumpah, suaranya bergetar, seperti suara orang yang menyimpan rasa takut.
"Oh Sesajen ?, apa yang mau disajeni Pak ? kan satu Suro sudah berlalu, lagian kami dibiara pun di asrama tidak pernah sesajen?, sahutku
"O njih, njih Sus nggak tahu nih sus sesajen atau apa ? saya nggak jelas "
"Kata Mak Yah akan ada tamu perlu potong ayam dua untuk sarat, lalu darahnya mau dipercikkan di pagar depan, sahut Pak Untung "
Mataku terbelalak tambah heran mendengarnya, koq disini aneh-aneh begini ya, pikirku .
" Apa untuk Syukuran to Pak, tanyaku, kalau untuk syukuran ya masuk akal, kalau untuk sesajen, saya pikir aneh" " Lha tamunya siapa ?', tanyaku lagi"