Hallo Diary kita jumpa lagi
Shalom Diary, apa khabar? Hallo...hallo..hello..kita jumpa lagi. Koq seperti lagunya Andi Meriem Matalatta ya. Yang jelas senang deh kita bertemu lagi. Apalagi dirimu tampil dengan bentuk baru, Moderen lagi.
Berwajah digital jadi asyiiiik deh bisa bawa kamu kemana kita pergi.Gabung di Kompasiana memang OK biggiiit. Kompasiana memanjakan K-Ner para anggotanya. Jadinya semakin semangat lho untuk menulis.
Kau tahu kan Diary bahwa saya sayang kamu sejak saya masih bocah. Ya kira- kira kelas 5 SD. Saya suka beli macam-macam bentukmu yang cantik, bahkan ada yang pakai kunci, supaya orang lain tidak bisa membacamu kecuali saya.
Engkau tidak pernah menolak jika saya menorehkan apa saja, entah itu suka, duka dan apa saja perasaan dan apa yang terjadi padaku. Ingat nggak apa yang saya goreskan padamu?
Banyak hal kutorehkan pada Dirimu Diary
- Hasil refleksiku setelah saya merenungan Kitab Suci yang saat ini nama kerennya " Lectio Divina"Saya tulis macam --macam santapan rohani bagi jiwaku.
- Jika saya punya acara di sekolah misalnya: menang sebagai ratu Luwes, lomba Pramuka, salaman sama Presiden Suharto sewaktu berkunjung di Cepu.
- Jika saya dapat balasan surat dari artis yang kugemari, Panjaitan Bersaudara ( Panbers), Koes Plus, Andi Meriam Matalatta, Nasution Sisters, Rano Karno dan masih banyak lagi.
- Kutuliskan juga kata mutiara berbahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dimana saya banyak mendapat wawasan dan kebijaksanaan hidup.
- Saya juga menulis puisi-puisiku, yang mengharu biru menari dalam pikiran dan hatiku, yang harus kutuangkan dalam tulisan sehingga tidak hilang tanpa kenangan.
- Kukumpulkan alamat artis dan orang orang yang kukenal agar saya tidak kehilangan jejak mereka.
- Kuceritakaan petualanganku menjelajah tempat tempat yang mengasyikkan, Gua Cerawang, gua Banyu, diperut Gunung Mayit. Bagaimana ketika latihan Pramuka dag dig dugnya mencari tanda jejak di pekuburan.
- Serunya latihan PMR (Palang Merah Remaja ) sampai harus merangkak masuk parit, dengan hati-hati supaya "pasien" selamat. Sebagai "Saka Bhayangkara" membantu Para Polisi" Menertibkan lalu lintas, saat upacara besar atau jika ada karnaval.Yach banyak lagi yang kutulis yang sungguh mengasyikkan.
- Dari dirimu kini lahirlah beberapa buku yang sudah diterbitkan.Dalam dirimu saya menyimpan segala kenangan. Dari tempat saya menggali ide dan Inspirasi.Pada dirimu saya ingin selalu menulis dan berkreasi.
Diary, Maafkan saya
Diary, maafkan saya , masih ingatkah bahwa saya pernah membakar dirimu, karena kesalah pahamanku menerima pesan, atau mungkin muncul dari kesungguhanku untuk menjadi biarawati yang baik? Pimpinanku waktu itu dalam onderiting ( pelajaran umum ) pernah bilang :" Apa saja yang membuat hatimu melekat buanglah, musnahkanlah".
Wui saya jadi sedih dan menangis,karena saya harus berpisah denganmu. Padahal dirimu adalah PACAR PERTAMAKU, Ya PACAR = ( Pengisi Acara ) hari-hariku. Saya membawamu ke kebun belakang tempat pembakaran sampah.Ternyata jadi biarawati itu harus berkorban ya?,Apa tidak boleh menulis lagi? Padahal ada banyak Santo-dan Santa (Para Orang Kudus ) yang digelarkan gereja itu banyak yang menulis dan berkisah, bahkan dibukukan.
Contohnya Santa Teresia Avila " Puri Jiwa", bukunya dan latihan rohani yang terkenal, Santa Theresia Liseux " Kisah Satu Jiwa", Santo Agustinus " Pengakuanku",Santo Paulus widih yang satu ini banyak menulis surat dan tulisannya panjang-panjang, bagiku dia adalah "Santo Korespondensi "
Saya kembali menangis uhuk..uhuk berlinangan air mata. Rupanya kesedihanku terbaca oleh Sr Maria Xavera, orang Jerman yang saat itu sebagai provincial.Dia sedang berdoa dikebun lalu saya ditanya mengapa menangis? Kuceritakan segala gundah gulanaku. Jawabnya :" Ne..ne..ne mengapa diarymu kamu bakar dan"
Ternyata saya salah tangkap, seorang calon suster yang mau menerima busana biara itu masih boleh menulis dan punya buku harian. Kalau nasi sudah menjadi bubur, masih biasa enak dimakan ya diary. Apalagi diberi abon dan teri Medan, uueenaknya nggak ketulungan.
Tapi ini dirimu sudah jadi Abu, hitam legam, hancur lebur puranda seperti lagunya penyanyi dangdut Ida Laela, ha..ha..ha, ingat itu saya jadi tertawa, karena kebodohanku.