Kota Blora terkenal dengan Hutan Jatinya. Kira -kira 40 % wilayahnya dipenuhi hutan jati. Dari seluruh penjuru Mata angin terbentang hutan jati yang lebat. Mulai dari arah Timur Kecamatan Cepu,arah Utara dari hutan jati di Mantingan hingga Ngampel, arah Selatan dari Kamolan, Klopo Duwur dan Randu Blatung dan arah Barat dari Todanan,Kunduran dan Ngawen.
Tak mengherankan rakyat di Kabupaten Blora yang tinggal didaerah tersebut,menggatungkan penghidupannya dari memanen daun Jati dan menjualnya ke pusat Kota Blora.
Pemandangan yang lumrah, setiap fajar menyingsing hingga pukul 08.00 pagi,banyak berdatangan perempuan tangguh penjual daun Jati berjajar di emperan took, sepanjang jalan Gathot Subroto, Jln Pemuda di bekas Stasiun dan jalan Mr Iskandar, yang nota bene merupakan pusat Kuliner Koplakan.
Pemandangan seperti ini sudah berlangsung bertahun - tahun sejak saya masih kecil hingga kini. Mungkin juga sudah berabat turun temurun mereka mensetiai jalan hidupnya sebagai penjual daun jati.
Masih teringat dalam benakku ketika saya bertanya pada simbok - simbok penjual daun,jam berapa mereka harus berangkat dari tempatnya,dan berjalan puluhan kilo menuju kota? Mereka bilang ada yang jam 00.00 atau 02.00 dini hari,supaya sampai ke kota tidak kesiangan.
Mereka para wanita yang tangguh, yang melibatkan seluruh anggota keluarganya untuk ikut memetik dan mengumpulkan daun Jati. Dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi disertai dengan ketelitian supaya daun jati yang dikumpulkan adalah daun jati yang sungguh berkualitas dan bermutu. Kriteria daun jati yang bermutu adalah daun jati yang sedang, tidak terlalu kecil atau terlalu lebar, tidak terlalu muda, kuat, dan utuh.
Waktu itu, saya masih remaja segebok daun jati yang ukuran besar bisa laku Rp Rp 500-600 dan yang gulungan kecil mulai dari harga Rp 50 -Rp 100. Sekarang bisa laku Rp 100.000 rupiah, namun mereka membagi menjadi gulungan kecil sehingga bisa dijual eceran dengan harga rata-rata ada yang Rp 5000 hingga Rp 10.000.
Setelah Daun jatinya laku mereka membeli,beras,jagung,ikan asin dan garam untuk menunjang kebutuhan hidup mereka. Kebanyakan mereka datang dari daerah Klopo Duwur ,Kamolan yang bagiku amat jauh.
Penjual Daun Jati ( Bloranews.com )
Tuhan Maha Baik dengan berjalan kaki berkilo - kilo tanpa sadar mereka telah ditempa alam menjadi sehat walafiat. Lihatlah gambar ini,wajah nan bahagia terpancar dari semburat senyum yang berbinar menampakkan rasa syukur bahwa Sang Khalik telah menyediakan rejeki pada hidup mereka.Bahkan tidak hanya berjalan jauh, namun juga bangun pagi, serta sabar menanti pembeli dengan sabar menunggu berjam-jam. Inilah perjuangan rakyat kecil yang hanya bisa menggantungka mata pencahariannya dari alam.
Apakah kita masih mengeluh? Jika kita hidup mapan dan kecukupan sandang,makan dan tempat tinggal untuk berteduh? Dari perempuan tangguh para penjual daun jati kita bisa belajar mensyukuri anugerah hidup, dan tangguh berjuang dalam menjalani hidup ini.