Dulu sewaktu saya masih tinggal bersama keluarga, sering kali nenek dan ibuku memperhatikan saat kami makan, kalau kami tidak menghabiskan makanan maka nenek atau ibuku selalu berkata :" Ayo dihabiskan, banyak orang diluar sana yang sulit mencari makan ", atau "lain kali kalau kamu tidak suka pada makanan, ambil sedikit dulu, nanti baru tambah, tahukah kamu bahwa " Upo " ( Sebutir nasi ) kalau tercecer di meja itu membuat " Dewi Sri " =Dewi Kesuburan menangis karena disia-siakan.
Sering juga mereka bilang :" kalau makan tidak habis nanti ayamnya mati lho " Nah dengan nasihat yang demikian, kami terbiasa untuk menghabiskan makanan, piring jadi bersih.
Setelah saya masuk biara kedisiplinan untuk menghabiskan makanan juga menjadi " Habitus " bagi kami para suster, kecuali tentunya tulang ayam, duri ikan dan apa yag tidak bisa kami makan. Itupun kami mengumpulkannya untuk makanan anjing, kulit buah untuk dibuat pupuk atau untuk makanan kambing.
Apakah kita pernah merenungkan, pada saat kita menghadapi sepiring makanan lengkap dengan lauk pauknya ? saya ambil contoh di sini kita menghadapi sepiring " Gado-gado ". Mari kita tatap sepiring Gado-gado itu. Jika kita renungkan sepiring Gado gado itu berkat dari Tuhan, dan hasil kerja keras banyak orang.
Ada lonthong terbuat dari beras, beras sendiri dari padi yang ditanam, bertumbuh, disiangi,dipupuk ,dipanen, di bawa ke penggilingan dan menjadi butiran beras. Semua itu melibatkan puluhan bahkan mungkin ratusan orang dalam mewujudkannya.
Menjadi Lonthong, beras, dibersihkan, dimasukkan dalam daun pisang, direbus dan terhidang setelah masak menjadi Lonthong berapa orang yang terlibat?
Belum lagi, sayur mayur dan lauk pauk, bumbu yang dipakai untuk mewujudkan sepiring gado-gado.
Jika kita urai dan renungkan secara sadar kita tidak bisa menghitung siapa saja yang terlibat. Bukankah ini suatu karya Tuhan yang melibatkan kerja tangan umat-Nya untuk menikmati makanan. Itu baru Gado-gado. Padahal kita sering makan makanan serba bervariasi. Di pagi hari makan nasi goreng, siang makan gado-gado, malam makan , soto ayam. Besok paginya mungkin kita makan pecel, swike, sate ayam, dsb, wah jadi lapar ya kita berbicara soal makanan.
Hal ini penting untuk kita sadari, bahkan kita renungkan agar kita terbiasa peduli untuk tidak membuang atau menyia-nyiakan makanan secara percuma, bahkan membuangnya. Masih bermanfaat kalau kita berikan binatang piaraan sehingga tidak mubazir.
Dengan merenungkan sejenak sebelum makan, kita berdoa mengucap syukur atas anugerah Tuhan. Kita juga disadarkan betapa besar dan maknanya berkat Tuhan pada kita setiap hari bahkan setiap saat.
Paus Fransiskus dalam Ensikliknya " Laodato Si " ( LS ) mengajak umat katholik khususnya dan umat manusia pada umumnya untuk mencintai, memelihara, dan lebih peduli pada alam semesta. Mengambil, memperlakukan alam semesta seperlunya, secukupnya dan berbagi kepada sesama yang lain. Kita harus berani berkata CUKUP dan berbagi dengan sesama kita.