Setiap tanggal 12 November, diperingati sebagai hari Ayah., Bapak, Ayah ,Abah, Papa,Father atau apa lagi sebutannya sangat berperan penting bagi keluarga. Orang bilang bahwa Seorang Laki-laki yang menikah dan menjadi Ayah, akan menjadi tulang punggung keluarga. Perannya amat penting untuk bersama Sang Ibu mendidik putra putrinya.
Dalm tulisan ini saya persembahkan untuk mengenang Bapakku Agustinus Yosef Soeharto Dwijo Siswoyo. Nama yang cukup panjang yang biasa disingkat AY. Soeharto. DS.
Terbayang dalam ingatanku bapak selalu mengajak keliling kota Blora setiap sore, saya didudukkan di Kursi terbuat dari “ Penjalin “ = rotan dan biasa diikat di depan sepeda. ( model sepeda yang dipakai laki-laki jaman dulu ada slagrangan ditengahnya, jadi bisa untuk menyangga dan mengikat kursi khusus untuk anak kecil )
Sambil keliling itulah saya dikenalkan pada lingkungan sekitar, ditunjukkan masjid, gereja, klentheng, Rumah sakit, penjara, makam dan apa fungsinya tempat-tempat itu.
Juga untuk mengenalkan nama Gunung dan Nama Hari, bapak selalu bernyanyi dengan nada lagu yang sama; Gunung Kerinci, Dieng Merapi, Salak, Gunung Agung itu nama-nama Gunung. Ditambah Merbabu, Sindoro, Sumbing, Lawu gunung Slamet, itu nama-nama gunung.
Banyak nyanyian yang di ubah syairnya supaya saya yang masih kecil itu bisa menghafal. Setelah saya punya adik, posisi saya pindah di boncengan belakang, kaki saya biasanya diikat juga dan adik saya duduk di kursi rotan di depan.
Saya sering diajak ke sekolah tempat bapak mengajar dan menjadi Kepala sekolah.Sesudah saya sekolahpun kalau liburan tiba, saya juga diajak, karena saya sekolah di Sekolah Katolik, di kota, sedang Bapak mengajar di desa kira-kira 16 km jauhnya. Selalu ditempuh dengan mengayuh sepeda pulang pergi.
Menuju ke sekolah bapak melewati hamparan sawah dan pemangdangan yang bagus. Bapakku selalu menyapa setiap orang yang dijumpai dan para pekerja disawah, saya bangga bapak sebagai orang yang ramah dan banyak kenalan. Sampai disekolah, kehadiranku disambut murid, murid bapak dan diajak bermain, sungguh indah kenangan itu.
Setelah saya beranjak besar kelas 4-5 SD di rumah, bapak mengajariku pekerjaan apa saja, menyalakan lampu “ Petromak “ membersihkan sepeda bapak, dan sepedaku ( kelas 5 SD saya punya sepeda, sebagian uang adalah hasil tabunganku ), memompa ban sepeda, membuat hiasan di besek ( wadah yang terbuat dari rotan ) jaman dulu kalau punya hajad / syukuran selalu menggunakan besek yang dihias.
Yang tak kalah penting dan berpengaruh padaku sampai saat ini, bapak selalu memberiku buku-buku cerita untuk dibaca dan sesudahnya bapak selalu menanyakan dan meminta saya untuk menceritakan kembali apa yang saya baca.
Dari pengalaman itulah saya gemar membaca, dan menulis buku harian, rupanya berlanjut terus sampai saya Sekolah di SPG ( Sekolah Pendidikan Guru ) dan sampai sekarang.