Mengenang orang-orang tercinta yang telah kembali ke Rumah Bapa
Setiap tanggal 2 November, Gereja Katolik Mendoakan secara khusus bagi jiwa Orang beriman ( mereka yang sudah berpulang ke haribaan Ilahi )
Sebagaimana kisah meninggalnya bapakku telah kuceritakan sebelumnya dan dimuat di Kompasiana dengan judul Bapakku Guruku, idolaku. Bapakku meninggal pada 5 Mei 2002. Ketika Bapak meninggal, Anggrek tanamannya berbunga semua seolah mengiring kepergiannya, sedangkan Melati adalah bunga kesayangan ibuku, juga mengharum wangi.
15 bulan, tepatnya tanggal 13 September 2003 saya kehilangan adikku yang no 4 karena menderita tumor, prosesnya terlalu cepat 6 bulan sakit dia terus menghadap Tuhan. Adikku ini memang yang terkenal paling baik hati, tidak pernah marah dan sabar. Dia begitu cepat meninggalkan kami semua dan meninggalkan putrinya yang baru berusia 3 tahun kala itu .
Sewaktu ibuku ditinggal bapak, ibuku bisa menerima, karena bapak memang sakit, tetapi ketika adikku meninggal ibu begitu schok, sedih sekali sampai tidak mau melihat jenasah adikku. Akhirnya ibu tidak tahan untuk tinggal dirumahnya sendiri, dia minta pindah ke Malang ikut adikku yang bungsu.
Beberapa bulan berlalu, sampai pada saat cuti tahunan, pada saat liburan bulan Juli saya mengambil cuti, sekarang saya senang pergi ke Malang karena ada ibu, adik dan banyak kemenakanku yang tinggal dikota ini.
Saya sempat pergi ke tempat rekreasi dan bergembira ria bersama ibu, adik dan para keponakanku, karena pada liburan itu adikku yang tinggal diluar Jawa juga libur di Malang.
Masa liburan habis 6 hari saya tinggal bersama keluarga. Sewaktu taxi menjemputku, dan saya telah duduk manis didalam taxi, entah mengapa, saya tidak kuat menahan hasratku, saya turun lagi dan berulang kali menciumi ibu, sepertinya saya tidak rela untuk berpisah.
Dua bulan kemudian, lagi-lagi saya mendapat pertanda dalam mimpi, bahwa ibu jariku hilang terpotong. Sewaktu saya cerita pada adikku via tilpon dan terdengar oleh ibu, ibu bilang bahwa mimpi itu hanya bunga tidur saja jangan dipikirkan, demikian dia menyuruh adikku untuk memberitahukan padaku.
Mimpi itu terjadi 1 minggu sebelum kepergian ibundaku menghadap Bapa. Hari itu 29 Agustu 2004, saya mendapat sms dari keponakanku :" Bude ada dimana? Mbah Yi ( maksudnya Ibuku) mau tilpon". "Saya bilang saya ada dikantor". Benar ibuku tilpon, tidak seperti biasanya terjadi, 1 jam lebih, ibuku menceritakan kebahagiaannya karena dagangannya laku bahkan banyak yang pesan saat buka warung dalam rangka peringatan hari kemerdekaan RI di RT/RW.
Antara saya dan ibuku terjadi percakapan asyik dan ibu banyak memberi nasehat dan wejangan padaku. Ibu tidak hanya tilpon padaku sore itu, tapi hingga malam menghubungi adik-adikku yang ada di Bukittinggi, Bengkulu, Blora juga dengan nasihat dan wejangan yang sama. Bahkan ibu pesan pada menantunya supaya mengganti lampu neon yang ada di ruang tamu tengah, siapa tahu nanti akan banyak tamu, katanya.