Masih terbayang dalam ingatanku ketika Bapakku akan tiada, dia sakit ginjal, anfal dan harus cuci darah. Itu terjadi 41 hari tepat 41 tahun umurku, ada saudaraku yang bilang, saya diminta berdoa khusus untuk bapak. Saudaraku itu memang paranormal, saya hanya menurut saja, ketika saya tanya mengapa kog saya yang harus berdoa? Dia hanya menjawab,
"Nanti Suster tahu sendiri jawabnya."
Satu-satunya dari 6 anak yang golongan darahnya sama dengan bapak adalah diriku. Jadi kalau bapak perlu donor ginjal sayalah yang bisa menjadi pendonor. Saya memang punya kedekatan dengan bapak, maklum anak sulung dan saya dididik bapak luar biasa, lain dengan adik-adik saya. Bapak berharap sebagai anak sulung saya mesti mandiri, tanggung jawab, serba bisa. Apa saja yang bapak bisa, dilatihkannya kepadaku.
Ketika sakitnya tidak bisa ditangani dikotaku, bapak dibawa ke RS Yakum Puwodadi, dan disarankan untuk cuci darah, karena disana tidak ada peralatan untuk itu, maka bapak dibawa ke RS Panti Rapih Yogyakarta.
3 Minggu kemudian dibawa ke RS Malang, di kota ini tinggal adikku yang bungsu. Bapak mendapat perawatan intensif dari Prof, dr Jagan yang memang baik dengan keluargaku dan menganggap adikku seperti anak sendiri.
Lucunya bapak selalu memanggil namaku bila adikku datang dan membawa buah dll. Meskipun ibu selalu menyadarkan bahwa saya ada di biara, di Pekalongan saat itu, dan yang datang ini anakmu yang bungsu. Bapak ingat, sadar, tertawa tapi selalu terulang demikian.
Syukurlah adikku memakluminya, dan tidak sakit hati, mereka semua tahu itulah kerinduan yang memenuhi hati bapak padaku, meskipun saya juga pernah menunggui beberapa hari sewaktu di Yogya, namun bapak selalu menganggap bahwa adikku yang bungsu yang tinggal bersamanya serumah adalah diriku.
Sungguh tepat 41 hari, ketika itu saya merayakan Pesta Nama Sr Provincial. Kami mengadakan acara sehari penuh dengan berbagai kegiatan dan lomba. Pagi hari layaknya seorang mayoret, saya memimpin peleton yang siap mengikuti atraksi, meskipun hatiku gundah entah apa sebabnya, saya memaksanya untuk bergembira, karena hari ini hari pesta.
Memang sih, seminggu sebelumnya saya bermimpi, bapak naik kereta kencana yang lengkap dengan 4 kuda putihnya, beberapa hari saya juga mencium bau bunga semerbak luar biasa di ruang kerja saya. Rupanya mimpi dan harumnya bunga yang tak tahu dari mana asalnya ini merupakan tanda. Mimpi itu juga sama dengan mimpi ibuku.
Hari itu saya mengikuti lomba melukis dan ikut memeriahkan acara sehari.Memang ada khabar bahwa bapakku dalam keadaan kritis, tapi Suster pimpinan melarang memberitahukan hal itu kepadaku, namun ada seorang suster yang dekat dengan keluargaku, membisikiku bahwa bapak dalam keadaan kritis, maka setelah saya selesai melukis saya langsung menuju kapel untuk berdoa dan mohon kekuatan serta jalan yang terbaik bagi bapakku terkasih.
Aneh memang, ikan menjadi bau dan nasi yang dimasak pagi menjadi basi ini suatu pertanda juga bahwa ada berita duka. Seusai makan siang kami mendapat berita bahwa ayah dari salah satu susterku dipanggil Tuhan,maka setelah makan saya cepat kekantor untuk kirim berita duka ke generalat Roma, agar berita itu disebarkan keseluruh dunia, dimana SND berada.