Sesal kemudian tak berguna, pepatah itu sungguh saya rasakan. Mengapa saya dulu tidak belajar membatik? Padahal Nenekku bisa membatik, batik tulis tentunya, yang sungguh mahal harganya. Beberapa jarit telah dibuatnya. Dari nenekkulah saya juga mengenal nama-nama batik. Ada yang Sido mukti,Sido Luhur, Parang Rusak, Parang Kusumo, Mega Mendung, Kawung, Semen Rama. Setiap motif juga punya arti dan kegunaannya sendiri
Contohnya Batik Kawung motif ini menggambarkan empat sumber tenaga atau empat penjuru mata angin. Yang lazim disebut dalam Bahasa Jawa dengan 'keblat papat lima pancer', (Maklum asal muasal Batik adalah dari Kraton Yogya dan Surakarta) artinya merupakan tipe batik paling tua yang ada di Indonesia, biasanya digunakan pada kegiatan khusus dan hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu saja.
Bagi para pengantin di hari pernikahannya mengenakan batik dengan motif Sido Mulyo dengan harapan agar keluarga yang dibina selalu memperoleh kemuliaan. Dalam bahasa Jawa, Sido berarti 'jadi' dan Mulyo berarti 'kecukupan dan kemakmuran'.dengan harapan , siapa yang mengenakan batik ini akan diberikan kecukupan dan kemakmuran.
Nah sekarang Batik di produksi di pelbagai daerah, tidak melulu di Kraton, warna dan coraknyapun beraneka ragam, sudah dimodifikasi dengan pelbagai seni dan budaya setempat. Batik buatan Solo, lain dengan buatan Yogya, demikian pula batik Pekalongan, lain dengan batik Cirebon. Dan setahu saya ada Batik Bengkulu yang disebut " batik Besurik " dengan corak yang lain, karena adik saya tinggal di Bengkulu, jadi saya tahu beberapa coraknya. Sewaktu saya ke Papua juga ada batik Papua dengan ciri khas gambar Burung Cendrawasih dan alat music Tifa.
Sewaktu saya pulang ke Blora saya lihat ada Batik Blora yang dipromosikan oleh Ibu Bupati Blora bersanding dengan Maria Asteria Sastrayu Rahajeng (Ajeng ) putri asli Blora yang meraih Miss Indonesia Th 2015. Dan Poster itu dipasang di pelbagai tempat termasuk di penjuru mataangin Alun-alun Blora, sehingga dari jauh sudah Nampak.
Saya baru tahu kalau ada Batik Blora.padahal sewaktu kecil dan remaja saya tidak pernah dengar ada batik Blora. Yah batik sudah membooming dan merupakan ciri khas dan kebanggaan dan ciri khas kekreatifan rakyat Indonesia.
Saya cukup lama tinggal di Pekalongan dan punya banyak kenalan yang punya pabrik Batik dan menjual batik. Jika ada tamu dari luar negeri mereka paling tertarik kalau diajak untuk melihat dari dekat bagaimana membuat batik. Walaupun di Museum batik di Pekalongan juga di demonstrasikan bagaimana membuat batik, juga di pamerkan berbagai corak batik, namun toh lebih asyik kalau melihat sendiri.
Menyadari itu semua sewaktu saya sebagai Kepala SD & SMP Notre Dame,Puri Indah Jakarta Barat, saya memasukkan dalam program Extra Kurikuler pelajaran membatik, dan anak-anakpun senang mengikutinya, dibimbing oleh Bp Tarcisius Bambang Cipto Santoso ,S.Sn yang telaten membimbing dan mendampingi anak-anak membatik dari SD, SMP dan SMA. Dengan harapan Anak-anak mencintai batik sebagai produk Indonesia. Siapa tahu suatu saat mereka menjadi juragan atau produsen batik.
Setuju dengan apa yang ditulis oleh Bp Tjiptadinata Effendi bahwa mencintai dan memperkenalkan batik mulai dari diri sendiri. Saya sebagai biarawati tidak mungkin mengganti habyt (Baju Suster ) dengan baju batik, tapi bisa pakai Jas atau blesser dari batik kan? Nah jika ada pertemuan resmi di Indonesia pun di luar negeri, saya selalu mengenakan batik. Di luar Negeri manapun orang yang telah mengenal Indonesia akan tahu kalau kita memakai batik, itu dari Indonesia, itu yang paling membanggakan, bahwa batik sudah Go Internasional.
Bahkan untuk seragam para guru karyawan, karyawati, tenaga medis yang bernaung di Yayasan Notre Dame dan Yayasan Santa Maria, telah dibuatkan seragam batik yang didesign dengan model Kawung, dengan arti tersendiri sebagai berikut:
1. Corak dasar kawung.