Setelah menikmati istirahat malam di Restal Hotel di Alevi street, Tiberias Yehuda. Dipagi bening yang memikat, seusai makan pagi, kami bergegas untuk menikmati peziarahan hari ini di Tanah Suci Israel.
Matahari memancarkan sinarnya yang cerah, meski demikian udara terasa sejuk dingin. Bus berjalan dengan lancar memasuki wilayah kota. Sepanjang perjalanan pemandangan indah menawan, Israel memang subur, hijau tetumbuhan dan pohon buah terlihat dimana-mana.
Inilah wajah Tanah terjanji yang menghijau permai yang menghasilkan sayur mayur dibagian selatan dan buah-buahan dibagian utara. Pantaslah kalau Israel jadi perebutan hingga saat ini karena keindahan dan kesuburannya.
Tujuan utama pagi ini adalah KANA di wilayah Galilea. Kami sengaja berangkat pagi supaya dapat merayakan Ekaristi suci dan juga supaya terpenuhi mengunjungi obyek tempat yang kami tuju, karena kalau musim dingin, gereja akan tutup pada pukul 17.00.
Sampailah kami di Kana, kotanya tidak terlalu ramai, tempat ini dikenal dengan nama KEFAR KANA (Kefar = dusun), kota ini terkenal karena disinilah Yesus mengadakan mukjijat yang pertama mengubah air menjadi anggur. Kisah ini dapat kita baca di Injil Yohanes 2:1- 10
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
Pagi itu kami mengadakan Ekaristi suci yang dipersembahkan oleh Pater Robby Wowor , OFM, para peziarah yang berpasangan duduk mengitari altar. Wajah mereka nampak cerah penuh kebahagiaan karena hari itu merupakan hari bersejarah bagi pasangan suami istri yang membaharui janji perkawinan ditempat suci dimana Yesus pernah membuat mujijat yang pertama.
Ketika saya masuk gereja, merasakan suatu daya magis keteduhan, kedamaian akan sakralnya tempat ini, ternyata tidak hanya diriku namun para peziarah yang lain juga merasa demikian. Sungguh tempat penuh rahmat karena telah diberkati tangan Tuhan untuk menyatakan kehadiran-Nya dan membuat mujizat yang menjadi berkat bagi mempelai yang saat itu dikukuhkan pernikahannya.
Dialtar atas ada 6 bejana, lambang bejana yang berisi air yang dulu dipakai untuk membasuh kaki para tamu. Tentu jaman dulu mereka datang dari tempat yang jauh, tidak ada alat komunikasi dan tranportasi yang canggih selain berita dari mulut kemulut untuk menyampaikan khabar dengan hitungan purnama.
Mengapa terang benderangnya purnama yang menjadi hitungan?, karena belum ada listrik, mereka mengadakan resepsi pada malam hari disaat orang tidak lagi bekerja, juga supaya lebih nyaman karena tidak terlalu panas terik seperti disiang hari.
Maka banyak tamu yang datang sehingga kekurangan anggur jamuan. Bunda Maria tentu termasuk keluarga dekat Sang mempelai yang kemungkinan datang jauh hari sebelum hari H terselenggara. Mempelai itu tentu juga menjadi sobat atau bahkan kerabat Yesus, karena para muridpun diajak diperjamuan itu.