Lihat ke Halaman Asli

Kematian Muammar Qadafi, Sedih atau Senang??

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muammar Qadafi, merupakan pemimpin di Negera Libya sejak tahun 1969. Gaya kepemimpinan dan obsesi Qadafi yang keras sudah ditunjukkan sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas, dimana ia bersama teman – temannya membentuk kelompok revolusioner untuk merebut kekuasaan Negara Libya. Setelah lulus dari bangku kuliah, Qadafi bergabung dengan Akademi Militer dan membentuk kelompok kecil untuk menghancurkan monarki Libya.

Pada masa kepemimpinannya, Qadafi meluncurkan revolusioner yang ingin menghapus segala budaya dan pengaruh yang berbau asing. Sampai ia mengeluarkan semboyan bagi negaranya, yaitu “ sosialisme, persatuan dan kebebasan “. Dari penghilangan segala hal yang bebrua barat, hubungan Libya dengan Negara barat juga semakin memburuk, dimana massa melakukan demonstrasi pro – Iran dan membakar gedung Kedutaan Besar AS di Tripoli.

Hubungan ini semakin memburuk karena AS mulai menghentikkan segala kegiatan atau hubungan diplomatic dengan Libya hingga membombardir rumah Qadafi. Bahkan uang yang didapat oleh Negara, tidak digunakan sepeser pun untuk rakyat, namun untuk melindungi dan membiayai rezim militernya.

Sampai pada titik dimana partai – partai oposisi Qadafi menuntut pemerintah asing untuk membekukan asset – asset milik Qadafi dan keempat putranya.

Menurut saya, tidak salah bila hampir semua rakyat Libya menuntut Qadafi untuk lengser. Mengingat gaya kepemimpinannya yang sewenang – wenang mampu memancing amarah masyarakat. Namun, dalam pendapat saya, kita tidak bisa menyalahkan pihak yang menembak Qadafi karena Qadafi sebagai pemimpin yang sudah begitu sering mengecewakan rakyatnya, tidak mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Kalau saja ia bisa dan mau mempertanggung jawabkan tindakannya, mungkin tidak perlu terjadi aksi penembakkan. Tetapi rupanya, amarah rakyat sudah mencapai pada titik jenuh yang tidak bisa dipendam.

Tetapi dalam pandangan saya, sebaiknya Qadafi tidak perlu ditembak mati. Tangkap saja Qadafi secara hidup – hidup, hukum dengan aturan yang berlaku, dan perlakukan ia sebagaimana ia memperlakukan rakyatnya selama masa kepemiminannya. Hal ini juga untuk member efek jera bagi seorang pemimpin yang sewenang – wenang.

Dan rakyat Libya maupun rakyat dibelahan dunia manapun yang anti – Qadafi boleh berhura – hura dan bersenang – senang, karena mereka sudah tidak lagi memiliki pemimpin yang sewenang – wenang dan terbebas dari konflik berkepanjangan yang mengakibatkan buruknya hubungan diplomatic suatu Negara.

Pada kesimpulannya, kematian Qadafi ini paling tidak bisa memberikan pelajaran baik bagi para pemimpin Negara di dunia dan bagi tiap individu. Menjadi pemimpin memang terlihat bersahaja, tetapi jangan sampai kita sebagai pemimpin mendahulukan egoisme kita. Karena pemimpin yang baik, tentu akan mendahulukan anggotanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline