Beberapa waktu yang lalu saya di sela sela cuti, saya sengaja menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa kerabat di Bandar Lampung, kebetulan juga ada sedikit urusan yang harus saya selesaikan disana. Sialnya sahabat saya yang menjadi tour guide,sekaligus supir saya kali itu tiba tiba mendadak harus mengantar saudaranya check up ke rumah sakit, Jadi saya terpaksa mencari kendaraan umum untuk menuju ke kota tanjung karang,sayang sekali taksi disini menjadi barang langka sehingga dengan berat hati pilihan saya jatuh kepada alat transportasi yang paling banyak digunakan di Bandar Lampung, yaitu angkot.
Persis seperti satu setengah tahun yang lalu saat saya masih menjadi warga Lampung, tidak ada yang berubah sama sekali, angkot ini masih mempertahankan konsistensi mereka dengan tetap mewarnai badan angkot dengan warna ungu, juga desain interiornya dengan lampu berwarna biru, kuning atau merah mencolok dilengkapi dengan sound system ukuran besar yangdipasang dipojok belakang, Uniknya bukan hanya beberapa angkot saja, tetapi semua. Ya,kesatuan warga Lampung salah satunya dapat dibuktikan dengan keseragaman angkot disini. Sepertinya semua wajib memasang sound system didalamnya dan diputar lagu lagu dangdut atau sejenis music beraliran house dengan volume super maksimal. Para sopirnya pun agaknya menjadikan jalanan disini sebagai sirkuit balap, semua kebut kebutan ,tidak jarang saya terpental jika mereka mendadak menghentikan angkotnya disela sela sirkuit itu. hampir setiap saya menaiki angkot di Bandar lampung saya selalu memaki maki supir supir itu, yah,meski hanya dalam hati.
Dan sialnya kali ini saya mendapat kesempatan kembali bernostalgia dengan angkot ini untuk mencapai tempat yang harus saya kunjungi. Kalau semua hal yang ada di Lampung membuat saya kangen, satu satunya hal yang membuat saya muak adalah harus naek angkot ungu ini lagi.
Sayasudah berada di pinggir jalan menajamkan pandangan mata berusaha menangkap sosok mobil berwarna ungu itu. Ketika saya menemukannya dengan lunglai saya melambaikan tangan, angkot itu berhenti tepat di depan saya.Saya sudah bersiap saat kaki saya mulai menaiki angkot itu pikiran pikiran negatif sudah menghambur di otak saya, saya mendekap erat tas tangan dan menempatkan diri duduk ditempat yang paling ujung.Saya mulai waspada.
Angkotnya tidak begitu penuh, terisi5 orang , seingat saya 1 oranganak SMP, 1 orang ibu ibu berjilbab, 2 orang muda mudi berpakaian khas PKL dan satu lagi saya sendiri . Tetapi saya baru menyadari setelah angkot mulai lepas landas, musiknya kali ini bukan muik dangdut dengan lirik lirik porno ataupun house music yang super dad did dug didada tetapi alunan lembut lagu korea yang cukup beken dikalangan anak muda.
Saya terus mengeluh dalam hati. sayup sayup saya mendengar 2 orang muda mudi itu bercakap cakap “ Cari kerjaan sekarang susah ya, ngalamar sana sini geh ngga diterima” kata si pemudi. “iya magang sana sini juga belum tentu bisa diterima,pusing lho gua, gua anak pertama pula” si pemudi menimpali. “sabar ya,yang penting usaha dulu, ntar juga ada geh yang mau nerima kita kerja” kata si pemuda memberi semangat. “ lu tau nggak si irma udah diterima kerja, gajinya gede tapi dia ngeluh terus tiap cerita sama gua, katanya capeklah, bosenlah,nggak betahlah” kata si pemudi. ‘iya gua tau,dia juga sering cerita sama gua, Kalo kata gua sih semua pekerjaan ya pasti capek,kalau nggak mau capek ya jangan kerja. Tapi gimana caranya kita bersyukuritu tuh yang penting kalo kita ngga pernah bisa bersyukur sebesar apa gaji kita mah juga ga akan nikmatnya”Saya melirik mereka gusar sambil terus berusaha menguping.
“nih ya gua aja bersyukur gua masih bisa makan, gua masih punya ijazah,trus gua bisa magang begini, gampangannya aja gua punya duit buat naek angkot ini daripada jalan kaki gua udah alhamdulilah banget!” saya mendelik mendengarnya. “Nikmatin aja apa yang ada depan mata kita,bersyukur itu kuncinya.. Gua mah nggak mau muluk, gua punya kesempatan magang disana,gua bisa lulus sekolah,gua bangga jadi diri gua,jadi orang Lampung,nyari kerja disini dan gua yakin secepatnya pasti dapet kerja. Kalo gua membandingkan diri sama orang lain pasti gua akan mengasihani diri gua ini, makanya gua bilang kasihan si Irma, sampai kapanpun kalau pola pikirnya begitu dia nggak akan bisa bahagia..” si pemuda kembali berceramah
Saya tertegun menyerap kata kata si pemuda tadi,yang mungkin selama ini saya rasa saya ini menjadi si irma itu..Saya menghela nafas kemudian menatap keluar jendela membukanya sedikit membiarkan angin membelai lembut wajah saya dan menerbangkan beberapa helai rambut yang sengaja saya urai, alunan sendu musik korea menambah suasana angkot ini menjadi tiba tiba berbeda sembari menatap jalananan menikmati udara senja di bandar lampung,menikmati kerinduan saya akan kota ini,didalam angkot ungu ini,alat transportasi laknat yang paling saya benci di Lampung, saya mendapat teguran, Kadang sesuatu yangtidak kita sukai malah dapat memberikan pelajaran yang berharga. ooh betapa nikmatnya duduk didalam angkot ini.
Namun tiba tiba saja.. ciiiiiiittt! Gubrak! “awww!! “saya mengaduh cukup keras,saya mendapati diri saya begeser beberapa centimeter dari tempat duduk saya semula,tangan saya memegang erat pintu angkot menahan tubuh berat saya. Sang sopir sepertinya mengerem mendadak untuk mengindari tubrukan angkot dengan angkot, telah sukses mebuyarkan lamunan saya, “jancuk! “Seperti biasa saya kembali memaki..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H