Data statistik Korlantas Polri menyatakan bahwa jumlah korban kecelakaan di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2019 mencapai 28,238 orang (Kompas.com).
Sepeda motor menjadi jenis kendaraan yang paling sering terlibat, sebanyak 5,277 insiden pada tahun 2019. Pada kejadian kecelakaan lalu lintas, korban biasanya mengalami benturan yang keras yang dapat mengakibatkan cedera yang berat. Hal yang sering terjadi adalah patah tulang, atau dalam istilah medis -- fraktur tulang.
Pada kejadian patah tulang yang cukup berat, korban membutuhkan tindakan operasi. Operasi dilakukan oleh seorang dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi dengan tujuan mengembalikan posisi tulang agar tulang dapat tersambung kembali dengan baik. Tidak semua tulang yang patah harus dioperasi. Jika posisi tulang yang patah masih baik, kadang korban hanya perlu dipasangkan gips.
Tindakan operasi bukanlah suatu hal yang sederhana. Seseorang pada umumnya akan takut menjalani tindakan operasi dan kadang mencari solusi lain.
Di Indonesia, tidak sedikit orang yang patah tulang akhirnya ke tukang urut atau dukun patah tulang sebagai alternatif dari tindakan operasi. Pada beberapa kasus, pengobatan alternatif berhasil menyambungkan tulang dan korban patah tulang dapat kembali menjalani aktifitasnya.
Tapi tidak sedikit pasien yang datang ke dokter dengan keadaan tulang yang bengkok, otot yang mati, kaki yang pendek sebelah, atau ada bagian tubuh yang tidak dapat digerakkan setelah menjalani pengobatan alternatif. Secara medis ada beberapa hal yang ditakutkan oleh seorang dokter ketika pasien patah tulang memilih pengobatan alternatif.
Hal pertama yang ditakutkan adalah penyembuhan bentuk tulang yang tidak maksimal. Tulang yang patah biasanya menjadi dua bagian atau lebih. Jika kedua bagian tidak segera diposisikan dengan benar, maka selama masa penyembuhan tulang yang tersambung akan bengkok atau terlihat pendek.
Pada beberapa kasus, tulang yang sudah diurut atau dipijit tidak tersambung sama sekali. Secara medis, dua tahap penanganan fraktur tulang yaitu memposisikan kembali bagian-bagian tulang yang patah dilanjutkan dengan fiksasi dengan gips atau pemasangan plat agar tulang tidak banyak bergerak selama penyembuhan.
Kedua, penyembuhan jaringan sekitar tulang yang tidak maksimal. Tulang dikelilingi oleh otot, syaraf, dan pembuluh darah. Ketika terjadi fraktur tulang, pembuluh darah yang merupakan sumber nutrisi untuk tulang, otot, dan syaraf di sekitarnya dapat cedera sehingga nutrisi ke jaringan-jaringan tersebut terhambat.
Dengan hanya memijat atau mengurut tulang yang patah, pembuluh darah yang cedera tidak tertangani. Otot dan syaraf yang tidak mendapatkan nutrisi lama-lama akan mati dan tidak berfungsi.
Yang terlihat adalah pengecilan serta pemendekan otot dan hilangnya fungsi gerak otot tersebut. Hal yang sama dapat terjadi jika verban yang dililitkan pada daerah yang patah dipasangkan terlalu kencang sehingga sirkulasi darah ke otot-otot terhambat.