Lihat ke Halaman Asli

Nurul Kamilati

Widyaiswara Ahli Utama pada Balai Diklat Keagamaan Semarang

Pentingnya Pendidikan Agama dalam Mengelola Emosi Mahasiswa untuk Membangun Ketahanan Diri yang Baik

Diperbarui: 23 Agustus 2024   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Berita sungguh mengejutkan di awal bulan Agustus 2024 yaitu dugaan 3 mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dunia akademik serasa tertampar. Ada apa ini? Seberapa parahkah kondisi kejiwaan mahasiswa tersebut sehingga  mereka tidak mampu mengatasi problem hidup? Bagaimanakah peran agama yang notabene adalah sebagai  landasan spiritual, sumber etika dan ketenangan batin?

Dalam era globalisasi yang serba cepat dan penuh dengan tantangan, mahasiswa sering kali dihadapkan pada tekanan akademis, sosial, dan pribadi yang signifikan. Tekanan ini dapat mempengaruhi kondisi emosional mereka, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan kinerja akademis. Oleh karena itu, pentingnya pendidikan agama dalam membantu mahasiswa mengelola emosi tidak dapat diremehkan.

Di tengah tekanan akademis dan kehidupan sosial yang sering kali menimbulkan stres, agama seharusnya memberikan ketenangan batin yang sangat dibutuhkan. Melalui praktik ibadah, doa, meditasi, atau ritual keagamaan lainnya, mahasiswa dapat menemukan kedamaian dan kekuatan spiritual yang membantu mereka untuk tetap tenang dan fokus.

Ketenangan batin yang diperoleh melalui agama juga berfungsi sebagai pelindung terhadap stres dan kecemasan yang berlebihan. Mahasiswa yang aktif dalam praktik keagamaan cenderung memiliki daya tahan mental yang lebih baik, sehingga mereka lebih mampu menghadapi tantangan dengan sikap yang positif dan konstruktif. Agama Islam sangat mengagungkan pentingnya manjaga diri (hifdzun nafs). Dengan demikian, bunuh diri sangat dilaknat dalam Islam. Bunuh diri adalah kegiatan perbuatan melukai diri dengan maksud mengakhiri hidup sendiri. Qur'an Surah An-Nahl (16): 70 dengan tegas menyatakan bahwa Allah  menganugerahkan hidup dan menentukan mati. Artinya: "Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kamu ada yang dapat dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun) teringat dia tidak melihat lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. " (QS. an-Nahl: 70).

Pendidikan agama menawarkan pondasi spiritual dan moral yang kuat, yang dapat membantu mahasiswa dalam membangun ketahanan diri yang kokoh. Tulisan sederhana ini bertujuan untuk mengkaji peran pendidikan agama mengelola emosi mahasiswa untuk membangun ketahanan diri.

Pendidikan Agama sebagai Landasan Spiritual

Pendidikan agama memberikan landasan spiritual yang penting bagi mahasiswa. Dalam agama, ada ajaran-ajaran yang mengajarkan ketenangan batin, kesabaran, dan sikap positif dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. "Agama memiliki peran penting dalam memberikan ketenangan batin melalui praktik spiritual seperti doa dan meditasi, yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan daya tahan mental individu." (Smith, 2020). Melalui pemahaman dan penerapan ajaran agama, mahasiswa dapat mengembangkan rasa percaya diri dan keyakinan yang lebih dalam. Ketika dihadapkan pada situasi yang menekan, mereka dapat menemukan ketenangan dengan berdoa atau melakukan meditasi, yang merupakan praktik umum dalam berbagai agama. Spiritualitas juga mendorong mahasiswa untuk melihat masalah dari perspektif yang lebih luas. Misalnya, dalam Islam, konsep tawakkal (berserah diri kepada Tuhan) mengajarkan bahwa setelah berusaha semaksimal mungkin, hasil akhirnya tetap berada dalam kuasa Tuhan. Sikap ini dapat membantu mahasiswa untuk tidak terlalu terbebani oleh hasil akhir, melainkan lebih fokus pada proses dan usaha yang mereka lakukan.

Agama sebagai Sumber Nilai dan Etika

Salah satu peran utama agama adalah memberikan dasar nilai-nilai dan etika yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mahasiswa, nilai-nilai ini berfungsi sebagai pilar yang membimbing dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari interaksi sosial, tanggung jawab akademis, hingga pengambilan keputusan yang berdampak jangka panjang.

Misalnya, nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan integritas yang diajarkan dalam agama membantu mahasiswa untuk bersikap jujur dalam ujian, tidak terlibat dalam plagiarisme, dan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh dosen maupun teman sebaya. Selain itu, agama juga mengajarkan pentingnya menghormati orang lain, yang membantu mahasiswa dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis di lingkungan kampus. "Nilai-nilai etika yang diajarkan dalam agama, seperti kejujuran dan tanggung jawab, menjadi pedoman penting dalam kehidupan mahasiswa, membantu mereka dalam menghadapi tekanan sosial dan akademis." (Taylor, 2018).

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline