Lihat ke Halaman Asli

Apanya yang Miskin

Diperbarui: 17 Agustus 2016   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: fnf-fnf.blogspot.com

“Indonesia bukan negara yang miskin tetapi negara yang kaya dengan manajemen yang miskin”. 

Kalimat ini disampaikan oleh temannya seorang komedian dan pembawa acara yang terkenal di Indonesia dan sudah keliling dunia tetapi tetap memiliki hati yang mencintai Indonesia. Kalimat ini didukungnya dengan pernyataan bahwa “Membangun Indonesia bukan hanya tugas pemerintah saja tetapi terutama oleh peran masyarakatnya”. Saya setuju dengan kalimat ini. Sederhananya seperti ini, sebagus apapun program yang direncanakan oleh pemerintah jika masyarakat tidak mengetahui dan tidak peduli maka pencapaiannya bisa dikatakan tidak akan maksimal. 

Salah satu program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memerlukan dukungan masyarakat adalah program Keluarga Berencana (KB). Program ini oleh Presiden Jokowi perlu dilaksanakan kembali melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Hal ini dikarenakan jumlah mayoritas penduduk negara Indonesia sekarang ini mayoritas berada pada rentang usia produktif yaitu pada usia 21-65 tahun, 10-20 tahun kemudian diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk jika penduduk Indonesia tetap menganut paham banyak anak, banyak rezeki.

Nah, jika hal ini sampai terjadi maka Indonesia menjadikan bumi semakin padat dan membutuhkan tempat tinggal yang lebih besar lagi atau menambah bumi baru karena sumber daya alam yang kita miliki tidak akan cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan makanan, sandang, kesehatan, pendidikan, dan sampai dengan lapangan pekerjaan. 

Jumlah kelahiran di Indonesia semakin banyak dan perlu diketahui bahwa penduduk Indonesia berjumlah 255.993.674 jiwa, luas wilayah 1.904.569 km2 dan diperkirakan mengalami pertambahan penduduk sebanyak 3 juta tiap tahunnya. Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah penduduk terpadat di dunia (CIA World Factbook, 2015) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)  yang masih rendah berada di urutan 110 dari 188 negara dan diketahui bahwa rata-rata penduduk Indonesia masih menyelesaikan sekolah di usia 7 tahun atau usia Sekolah Dasar (www.bisniskeuangan.kompas.com).

Data ini menunjukkan bahwa kuantitas penduduk Indonesia sangat tinggi (urutan ke-4), namun kualitas penduduknya sangat rendah (urutan ke-110). Ditambah dengan terjadi ledakan penduduk di usia produktif akan mengakibatkan pemerintah semakin bersusah payah menyediakan kebutuhan khususnya kebutuhan lapangan pekerjaan di tengah-tengah keadaan dunia yang sedang berlomba-lomba meningkatkan keadaan perekonomian negara masing-masing.

Sebenarnya tidak ada hukum yang melarang beranak banyak karena negara kita memang bukan negara otoriter tetapi kita sebagai masyarakat cerdas yang ingin sejahtera dan maju, kita perlu memahami bahwa kita bukan hanya hidup tetapi juga menghidupi dalam arti mempunyai nilai sosial dengan rasa tanggung jawab mensejahterakan keluarga, lingkungan, dan mendukung kemajuan negara adalah kesejahteraan kita juga.

Oleh karena itu, dengan menggalangkan program KB yaitu keluarga yang dibentuk dengan rencana usia menikah yang sesuai (diatas 22 tahun untuk wanita, diatas 25 tahun untuk pria), beranak 2 lebih baik, siap mental memiliki keturunan dengan mengetahui cara memenuhi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan siap secara finansial diharapkan akan membawa masyarakat Indonesia merasakan bonus demografi dimana masyarakat Indonesia dapat membagi dan merasakan pengelolahan kekayaan alam yang lebih fokus dan merata demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mungkin pertanyaannya sekarang, apakah kamu sudah merasa bahwa lingkungan tempat tinggal kita semakin ramai atau padat? Apakah sekitarmu merasa semakin susah mencari lapangan pekerjaan? Apakah di sekitarmu ada anak yang terlantar? Apakah masih banyak anak yang tidak dipenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatannya? Mengapa orang tua tega menelantarkan anaknya? Siapakah yang lebih bertanggung jawab kepada anak yang dilahirkan, orang tua atau negara? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin dapat terpecahkan dengan membantu menyampaikan latarbelakang program Keluarga Berencana. 

“Apakah strategi BKKBN menerapkan program KB di tengah perkembangan teknologi sekarang ini?” Tanya seorang kompasianer Medan saat acara nangkring bersama BKKBN di Hotel Madani Medan, 5 Agustus 2016. Salah satu hal yang telah dilakukan adalah melalui penyampaian informasi untuk para kompasianer yang didukung oleh media sosial kompas agar kompasianer juga menyampaikan pesan ini kepada keluarga dan masyarakat yang ada di sekitar kita.

Apakah pesan ini akan berhenti di kamu? Semoga tidak ya. Tulisan ini ditulis seiring dengan perayaan hari kemerdekaan Indonesia hari ini. Ayok bantu sebarkan pesan ini untuk membebaskan masyarakat Indonesia dari jajahan kemiskinan karena minimnya informasi yang diketahui. Yok kita sama-sama bantu bangsa kita mulai dari diri dan keluarga kita untuk melakukan keluarga berencana. Jayalah Negeriku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline