Lihat ke Halaman Asli

Membangun Mental dan Kesehatan Reproduksi Remaja

Diperbarui: 20 Juli 2016   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat orang mendengar kesehatan reproduksi, keluarga saya sebagai orang awam berpendapat bahwa kesehatan reproduksi itu adalah upaya menjaga alat reproduksi tetap sehat, terhindar dari penyakit kelamin, dan menghindari perilaku yang beresiko. Pernyataan ini dapat dinyatakan benar tetapi yang perlu diketahui oleh masyarakat bahwa kesehatan reproduksi bukan hanya sebatas hal itu saja. Namun menurut pengertian saya, kesehatan reproduksi itu bagaimana manusia mengenal organ reproduksi, perkembangan dan kegunaan organ reproduksi, perilaku yang beresiko, dan cara menjaga kesehatan organ reproduksi. Hal ini sangat menarik untuk dibahas tetapi dalam tulisan ini, saya tidak akan menjelaskan keempat hal tersebut karena remaja dan orang tua dapat membacanya melalui buku ataupun internet. 

Pernah sebagai mahasiswa keperawatan, saya bersama mahasiswa lainnya mendapatkan tugas keperawatan komunitas untuk melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi kepada pelajar Sekolah Menengah Pertama di kota Medan, tahun 2010. Kami menarik kesimpulan bahwa pelajar memang sangat membutuhkan informasi ini. Hal ini dapat dilihat dari rasa antusias mereka menanyakan banyak pertanyaan. Sayang sekali, waktu yang diberikan sangat terbatas sehingga kita tidak dapat menjawab semua pertanyaan tersebut. Namun, pengalaman ini dapat mengambarkan bahwa kuantitas penyuluhan seperti ini sangat penting ditingkatkan pada usia remaja di Indonesia. 

Pengalaman lain saya adalah saat salah satu mantan Menteri Kesehatan Indonesia mengunjungi salah satu kabupaten di Indonesia yang masyarakatnya banyak menikah di usia muda dan masih memahami perlu melahirkan anak dalam jumlah banyak demi mempertahankan keturunan. Beliau menyampaikan bahwa untuk melahirkan, kematangan organ reproduksi wanita perlu diperhatikan dan tegas menyampaikan bahwa kuantitas anak yang dilahirkan tidak baik, karena melahirkan anak dalam jumlah banyak sangat beresiko pada kesehatan ibu hamil. 

Hal ini dapat menyebabkan resiko pendarahan dan pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. Sehingga yang terpenting bukan kuantitasnya tetapi bagaimana cara membangun kualitas dari seorang anak yang dilahirkan dengan memberikan pemenuhan pertumbuhan dan perkembangannya. Pernyataan dari menteri ini dapat digarisbawahi sebagai pesan membangun mental remaja, sebelum melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya di usia muda. 

Dari kedua pengalaman di atas, remaja penting memahami dan mengenal kesehatan reproduksi khususnya pada saat mengalami apa yang disebut dengan pubertas. Keingintahuan remaja mengenai seks meningkat pada saat ini. Sehingga tidak heran, sering ditemukan penyimpangan seksual.  Salah satu yang paling menyedihkan adalah hamil di luar nikah. Dampaknya usia remaja yang belum siap memasuki usia pernikahan terpaksa harus berkeluarga dan melahirkan saat  organ reproduksi belum matang, sangatlah beresiko. Hal ini sebaiknya disadari oleh remaja, bahwa dampak dari hal ini mengakibatkan keindahan dalam menjalani masa remaja terlewat dengan begitu saja. Mereka juga harus bekerja di usia muda untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Belum lagi, mereka harus menanggung malu dari orang disekitarnya. 

Beberapa hal ini, perlu disampaikan oleh orang tua kepada anak selain mengenai organ reproduksi, perkembangan dan kegunaan organ reproduksi, perilaku yang beresiko, dan cara menjaga kesehatan organ reproduksi. Di samping itu, saya sangat setuju jika pengetahuan mengenai hal ini bisa ditambahkan dalam kurikulum dimulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan lebih dalam lagi di Sekolah Menengah Atas (SMA). Orang tua, guru dan pelajar, juga perlu mendapatkan penyuluhan mengenai hal ini dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). 

Dalam penyampaian informasi ini kepada anak memang bukan hal yang mudah pada generasi sekarang ini. Namun, melakukan pendekatan sebagai teman dan lebih banyak mendengarkan pendapat anak bisa menjadi langkah awal yang baik. Selamat mencoba. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline