Lihat ke Halaman Asli

Monang Ranto Vaber Simamora

Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Menolak Kematian dengan Membeli Immortalitas

Diperbarui: 14 Oktober 2022   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thecolumnist.id

Menolak Kematian dengan membeli Imortalitas

Di kekaisaran Cina kuno (259 SM) Kaisar Pertama China bernama Qin Shi Huang menolak kematian, dia mencari sebuah pil yang membuatnya abadi. Seluruh Cina diperiksa, seluruh ramuan diolah dan semua tabib dikerahkan untuk menciptakan pil umur panjang. Hasilnya kita tahu sendiri usahanya tersebut dijawab "Di dunia ini tidak ada yang abadi".

Dalam semua usahanya itu, pada akhirnya, dia pun kembali menjadi debu, karena dia berasal dari debu.

Di millennium ke tiga ini semakin banyak "penguasa dunia" yang marah terhadap kematian, karena itu mereka menolak kematian dengan cara membeli imortalitas. Mereka mendanai riset ilmu pengetahuan anti-penuaan. Harapannya mereka ingin hidup "selamanya" di bumi. Mereka bersiul menghadap hartanya seraya berkata "aku ingin hidup seribu tahun lagi".

Perkembangan sains di abad 21 ini cukup signifikan, karena itu manusia berpikir sains akan mampu menjawab keinginan hati banyak orang "manusia bisa hidup selamanya". Tetapi maut tersenyum dengan usaha mereka ini.

Ada sebuah guyonan di tiktok, dalam ulang tahunnya, seorang nenek yang sudah berusia 57 tahun membuang angka 5 dan tinggal angka 7 yang dia sukai. Dia tertawa melihat angka 7 tersebut tanda dia ingin kembali muda, tapi apa daya tubuh mudanya sudah berlalu.

Kita melihat di dunia ini cukup banyak manusia malu dengan umurnya, bahkan ada sebuah budaya yang "tabu" untuk menyebut umurnya. Manusia ingin umurnya selalu muda karena mereka berpikir dalam umur yang muda terdapat tubuh yang muda. Rupanya selain ingin hidup selamanya, manusia juga ingin tetap muda.

Tetapi maut tidak membiarkan semua angan-angan itu terwujud. Di seberang dia tertawa terhadap semua usaha anak-anak manusia untuk hidup "selamanya". Sebab dia tahu adalah ketetapan sang pencipta bahwa manusia yang berdosa harus mati.

Upah dosa adalah maut (Roma 3:23) sepertinya masih belum bisa diterima oleh orang yang tidak takut akan Tuhan, terutama mereka yang kaya dan para "bangsawan". Padahal kematian sudah berdiam dalam diri semua manusia sejak dia dalam kandungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline