Lihat ke Halaman Asli

Heart of Borneo

Diperbarui: 7 Maret 2016   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Educations for Sustainable Development (ESD) merupakan sebuah konsep pendidikan yang muncul pada tahun 1992 melalui sebuah badan yang dibentuk oleh UNESCO bernama Dekade Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (UN Decade of Education for Sustainable Development).

Salah satu keluaran penting dari konferensi tersebut adalah pengakuan atas pentingnya pendidikan untuk mengatasi berbagai isu kompleks pada masyarakat modern, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik. Berikut uraian mengenai ESD menurut UNESCO2:

“Education is essential to sustainable development. Citizens of the world need to learn their way to sustainability. Our current knowledge base does not contain the solutions to contemporary global environmental, societal and economic problems. Today’s education is crucial to the ability of present and future leaders and citizens to create solutions and find new paths to a better future.

Education for sustainable development (ESD) is not a particular programme or project, but is rather an umbrella for many forms of education that already exist, and new ones that remain to be created. ESD promotes efforts to rethink educational programmes and systems (both methods and contents) that currently support unsustainable societies. ESD affects all components of education: legislation, policy, finance, curriculum, instruction, learning, assessment, etc. ESD calls for lifelong learning and recognizes the fact that the educational needs of people change over their lifetime.”

Sesuai dengan isi uraian mengenai ESD diatas, UNESCO menyatakan bahwa pendidikan sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan. Basis pengetahuan saat ini tidak mengandung solusi untuk masalah lingkungan, sosial dan ekonomi global. Pendidikan saat ini sangat penting sehingga muncul pemimpin dan warga negara yang mampu menciptakan solusi dan menemukan jalan baru untuk masa depan yang lebih baik.

ESD mempromosikan upaya untuk memikirkan kembali program pendidikan dan sistem (metode dan isi) yang saat ini mendukung perilaku masyarakat yang tidak berkelanjutan. ESD mempengaruhi semua komponen pendidikan: undang-undang, kebijakan, keuangan, kurikulum, pengajaran, pembelajaran, penilaian, dan lain-lain. ESD merupakankonseppendidikan yang mengajak untuk belajar sepanjang hayat dan mengakui fakta bahwa kebutuhan pendidikan orang berubah dari masa hidup mereka.

Ada banyak program yang diterapkan baik oleh individu maupun organisasi yang menggunakan pendekatan ESD. Salah satunya adalah pengembangan program ESD yang dilakukan oleh WWF (World Wide for Nature) yang saat ini dilaksanakan di beberapa wilayah di Pulau Kalimantan.

WWF merupakan salah satu organisasi konservasi terbesar di dunia yang berdiri sejak 1961 dan berpusat di Grand, Swiss. Hingga saat ini, WWF sudah memiliki jejaring global yang aktif dilebihdari 100 negara, termasuk Indonesia.

Kalimantan menjadi salah satu wilayah kerja WWF mengingat Kalimantan adalah pulau ketiga terbesar di dunia yang sangat terkenal dengan kekayaan alamnya seperti hutan, batubara, emas dan minyak. Mario Rautner (2005) dalam laporannya mengenai status hutan, kehidupan alam liar di Kalimantan dan ancaman terhadapnya mengatakan bahwa Kalimantan adalah land of plenty atau tanah yang memiliki banyak hal, atau dengan kata lain, tanah yang kaya. Ancaman yang dimaksud oleh Rautner salah satunya adalah hilangnya keanekaragaman hayati di pulau ini dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, berdasarkan data pantauan satelit, World Wide Fund for Nature (WWF) melaporkan bahwa 56% atau kurang lebih 29,000 kilometer dari hutan yang dilindungi di Kalimantan telah ditebang untuk perkebunan kelapa sawit dan konversi lahan (Rautner, 2005). Untuk menjaga Pulau Kalimantan dan memastikan bahwa pengelolaan pulauini dapat dilakukan secara efektif, maka pada tahun 2007 tiga negara yang memiliki wilayah di pulau Borneo yaitu Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia menandatangani kesepakatan untuk melakukan kegiatan positif untuk menjaga Pulau Borneo. Kesepakatan tersebut bernama Heart of Borneo (HoB).3

Tahun 2008 WWF menindaklanjuti kesepakatan tersebut melalui pengembangan program Education for Sustainable Development (ESD) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) dengan melakukan pelatihan dan pendampingan sekolah-sekolah yang berada di 10 kabupaten yang berada di areal HoB yaitu: Katingan, Murung Raya, Gunung Mas, Kutai Barat, Sintang, Melawi, Barito Utara, Kapuas hulu, Nunukan dan Malinau. Di setiap kabupaten dipilih sekolah percontohan dengan tujuan untuk menjadikan sekolah dampingan WWF-Indonesia sebagai pusat pembelajaran komunitas sekitar dan sekolah lainnya dengan menanamkan nilai-nilai ESD sebagai bagian dari penyelamatan kekayaan alam nasional.

Dari 10 kabupaten yang menjadi kawasan Heart of Borneo (HoB), 4 kabupaten diantaranya termasuk dalam kawasan Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu KabupatenKatingan, Murung Raya, Gunung Mas dan Barito Utara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline