Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Martha Christina Tiahahu Pejuang Tanah Maluku Melawan Penjajah Belanda

Diperbarui: 3 November 2021   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Martha Christina Tiahahu (Sumber Gambar : merahputih.com)

Pahlawan Nasional merupakan gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Namun tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih belum mengetahui kisah para pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonsia kala itu. Salah satunya yaitu kisah perjuangan Martha Christina Tiahahu. Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai pahlawan nasional sejak 20 Mei 1969 karena telah gugur saat melawan para penjajah Belanda pada tahun 1816.

Martha Christina Tiahahu wafat pada usia muda yaitu 17 tahun dan masuk ke dalam golongan pahlawan nasional wanita yang wafat pada usia muda saat melawan penjajah. Martha Christina Tiahahu tertulis sebagai satu satunya wanita muda yang berani melawan penjajah Belanda di wilayah Maluku, hingga akhrinya Martha Christina Tiahahu berinisiatif untuk mengajak wanita-wanita lain yang ada di desanya untuk berjuang melawan para penjajah Belanda kala itu. Karakter Martha Christina Tiahahu yang pantang menyerah,pemberani dan selalu taat pada ayahnya hal itu yang membuat Martha Christina Tiahahu diberi julukan Mutiara dari Nusalaut.

Martha Christina Tiahahu merupakan Gadis yang berasal dari Desa Abubu Nusalaut, Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut, 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda, Maluku pada tanggal 2 Januari tahun 1818 di usia 17 tahun. Dilahirkan dari pasangan suami isteri yang juga merupakan keturunan kapitan atau paglilama perang di Negeri Abubu yakni Kapitan Paulus Tiahahu, yang juga membantu Thomas Matulessy selama perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda. Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang yang unik yaitu seorang puteri remaja yang tidak hanya pandai memasak atau membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, namun ia juga langsung terlibat dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Pada tanggal 14 Mei 1817, di saat usia Martha Christina Tiahahu baru beranjak 17 tahun. Diadakanlah perundingan di tengah hutan belantara yang membahas tentang strategi perang untuk melumpuhkan kekuasaan Belanda di negeri mereka. Perundingan ini dihadiri Kapitan Paulus Tiahahu dan beberapa komandan perang. Hasil perundingan tersebut memutuskan untuk menjadikan Marta Christina Tiahahu sebagai selah satu pemimpin pasukan bersama Kapitan Abubu, Kapitan Paulus Tiahahu, dan beberapa pemimpin lainya. Semua pasukan berada dibawah komando Kapitan Pattimura. Dengan rambut panjangnya yang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai, Perjuangan yang Martha lakukan pun turut didukung oleh ayahanda. Ayahnya tak pernah melarang putri semata wayangnya itu untuk terus bergerilya, bahkan ia ditugaskan sebagai pembawa senjata saat berperang. Martha Christina Tiahahu mendampingi ayahnya angkat senjata untuk mengusir penjajah di Pulau Nusa Laut maupun di Pulau Saparua. Dalam perjuangannya, Martha Christina Tiahahu juga turut berperan dalam pertempuran melawan belanda di pulau Saparua tepatnya didesa Ouw, Ullath. Di tengah pertempuran yang sengit di Desa Ouw-Ullath Jasirah Tenggara Pulau Saparua yang begitu hebat srikandi ini melawan musuh bersama para pejuang rakyat. Dalam pertempuran sengit itu, Martha menyulut semangat menghancurkan musuh bagi pasukan Nusa Laut. Jeritan Martha yang menggebu-gebu menyulut semangat para wanita untuk menemani para pria di medan perang. Hanya di lapangan inilah orang Belanda akan bertemu dengan wanita-wanita fanatik yang ikut serta dalam pertempuran. Martha Christina Tiahahu memberikan semangat kepada kaum perempuan di Ulat dan Ouw untuk tidak pernah takut terhadap pasukan Belanda, Dalam pertempuran yang terjadi di Ulath dan Ouw, pasukan rakyat maluku berhasil menewaskan pemimpin pasukan perang Belanda bernama Meyer. Pimpinan perang pasukan Belanda diambil alih oleh Kapten Vermeuleun Krieger. Dengan kematian pemimpin pasukan Belanda, penjajah semakin brutal dan ganas dalam menekan dan menyerang rakyat Maluku.

Pada tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat. Pertempuran sengit pun tak dapat dihindarkan. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Ketika akhirnya pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu, para Opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis. Akhirnya tokoh-tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman dikarenakan kalah dalam bidang persenjataan yang masih belum canggih. Pada 16 November 1817, Kapitan Paulus Tiahahu dan Martha Christina Tiahahu di bawa ke Nusa Laut dan di tahan di Benteng Beverwijk dengan pengawalan yang sangat ketat.

Pada 17 November 1817, Paulus Tiahahu di bawa ke lapangan eksekusi di belakang Benteng Beverwijk. Belanda menyuruh rakyat disana untuk menyaksikan eksekusi tersebut agar tidak ada yang berani mengadakan pemberontakan lagi. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak, saat itu Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun Martha Christina Tiahahu tidak berdaya dan hanya bisa bergerilya di hutan, tetapi akhirnya dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan Perjalanan Martha Christina ke jawa yang menggunakan kapal Eversten di warnai pemberontakan melawan Belanda. Selama di atas kapal dalam perjalanan, Martha Christina Tiahahu memilih untuk bungkam. Dalam perjalananya menuju pulau Jawa, Martha Christina Tiahahu tidak pernah mau minum obat, memakan ataupun meminum yang diberikan yang di berikan oleh Ver Huell. Karna hal itu lama kelamaan kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin menurun. Pada 2 Januari 1818 akhirnya Martha Christina Tiahahu mengehembuskan nafas terakhirnya di atas kapal Everstsen. Atas perintah Ver Huell, jenazahnya di buang ke Laut Banda dengan penghormatan militer

Demi menghargai pengorbanan serta jasanya terhadap Indonesia, Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia. Di wilayah Maluku setiap tanggal 2 Januari masyarakat Maluku selalu melakukan upacara baik resmi ataupun tradisional untuk menghormati dan memperingati kematian Martha Christina Tiahahu. Pemerintah provinsi Maluku juga sudah membangun dua buah monument berupa patung untuk mengenang perjuangan pahlawan nasional Martha Christina Tiahahu, pada 2 Januari 2008 dalam peringatan Hari Martha Christina Tiahahu yang ke 190 pemerintah daerah Maluku yang disetujui oleh pemerintah republik Indonesia, mendirikan patung Christina sambil memegang tombak yang terbuat dari perunggu dan menghadap ke Teluk Ambon seakan-akan menyiratkan tekadnya menjaga keutuhan Maluku sebagai daerah yang kaya dan berpotensi tinggi dalam sumber daya alam sebagai bagian dari kekuatan masadepan untuk kesejahteraan masyarakat seutuhnya. Tidak hanya di Ambon, tapi di Desa Abubu juga diletakkan patung yang sama. Sehingga patung pertama di bangun di Karang Panjang, Ambon bersebelahan dengan kantor DPRD Maluku dan patung kedua dibangun di Desa Abubu, Pulau Nusalaut, Maluku Tengah. Monumen Martha Tiahahu menjadi bukti sejarah keberanian wanita maluku dalam membela tanah air tercinta. Sejak lahir, Martha Christina Tiahahu dibesarkan dalam keluarga maalesi sehingga watak pejuang untuk melindungi daerah nya dari berbagai ancaman musuh telah tertanam dalam diri Martha Christna Tiahahu. Dalam perkembangannya ia telah menanamkan harga dirinya secara tegas sebagai seorang wanita muda anti kolonialisme, anti imperialisme, dan anti-kapitalisme. Penegasan ini berangkat secara mendasar dari pengalaman objektif yang telah ditunjukan oleh Martha Christina Tiahahu dalam perang melawan Belanda pada tahun 1817 sebagai orang yang pernah terjajah dan dijajah selama berabad-abad.Sistem kehidupan yang anti-sosial tersebut bersifat menindas dan secara sistematis memperkosa nilai kemanusiaan dan martabat bangsa dalam segenap aspek kehidupan.Sistem ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ciri kehidupan kapitalistik kaum penjajah, yang diterapkan terhadap kehidupan sosial masyarakat Maluku saat itu sehingga pemberontakan-pemberontakan muncul dari tokoh-tokoh lokal sebagai jawaban atas kelaliman dan penindasan bangsa Belanda.

Martha Christina Tihahu berjuang mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang pada perjuangan saat gilirya nya menjadi semagat nasionalisme dikalangan para pejuang di Nusantara untuk melepaskan diri dari belunggu penjajahan Belanda.Diktum pemikiran ini tentu bukan karena manifestasi sikap ultranasionalistis atau semacam pembengkakan ego-nasionalisme yang kelewat besar belaka, melainkan inilah kenyataan sejarah pertumbuhan dan perkembangan pemikiran nasionalisme Indonesia dalam proses pembentukannya di masa lampau yang pada prinsipnya bercermin dari perjuangan para pejuang lokal di nusantara saat itu. Keikutsertaan wanita dalam perang saat itu sempat membuat Belanda kewalahan. Mereka juga merasa khawatir karena baru di tanah Maluku lah, pejuang wanitanya memiliki semangat juang yang tinggi. Bahkan Martha sendiri menjadi sosok yang disegani oleh penjajah Belanda sebagai lawannya kala itu.

Dikalangan para pejuang dan masyarakat sampai dikalangan musuh, gadis cantik dan berperawakan gagah perkasa ini tergolong wanita pemberani dan konsekwen terhadap komitmen cita-cita perjuangannya. Walaupun ayahnya ditembak mati dan dilihat langsung oleh nya namun Martha Christina tidak pernah menyerah. Martha bahkan menyusun kekuatan untuk menyerang balik pasukan Belanda sehingga pada akhirnya Martha Christina ditangkap dan rencananya akan diasingkan ke batavia tetapi dalam perjalan ia meninggal tepatnya di laut banda sehingga jenasahnya dibuang kelaut Banda. Ia gugur sebagai pahlawan bangsa dalam memperjuangkan tanah air yang dijajah oleh Belanda. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, beliau diberikan gelar pahlawan nasional Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional tanggal 20 Mei 1969, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, Martha Christina Tiahahu patut dihargai dan dicontohkan oleh generasi muda saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline