Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Kuliah Stress, Terjajah Imajinasi Ortu

Diperbarui: 21 April 2024   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raih mimi dengan tekadmu (sumber : pribadi, bing.com) 

"terima kasih kepada semuanya.." ungkap seorang ibu, setelah mendapat ucapan selamat sukses dari sejumlah rekan yang ada di sekitar kehidupannya. Ucapan itu dia sampaikan, selepas sejumlah rekannya mengetahui bahwa putrinya itu lulus masuk salah satu jurusan favorit yang didambakan sang Bunda selama ini, jurusan kedokteran.

Siapa yang tidak bahagia, masuk jurusan yang diinginkan ? iya, apalagi jurusan favorit yang menurut persepsi anak-anak, termasuk jurusan sulit ditembus dan menjadi impian sebagian orang.

Benar dulu. Memang betul, ada juga yang  tidak memavoritkan jurusan kesehatan ini. Ada yang bangga dengan jurusan seni, manajemen, ilmu sosial, dan bahkan Geografi. Bolehkan ? Boleh-boleh saja. Setiap orang perlu bangga dengan pilihan hidup, atau pilihan akademiknya sendiri. Tetapi, tidak menutup mata dan telinga, juga tidak menutup bibir kita, bahwa pembicaraan mengenai jurusan  kedokteran, apalagi dokter spesialis, menjadi salah satu tema perbincangan anak-anak, eh, maaf, malah menjadi perbincangan para orangtuanya.

"itu, harapan kami, dan juga bapaknya..." ungkap sang bunda, "kebetulan anaknya mau belajar. Kami cuma mendukung saja.." paparnya lagi.

Lha, lantas mengapa ada yang stress  atau depresi ? ada beberapa alasan empiris, yang bisa jadi, menjadi penyebab terjadinya depresi ini. Tetapi, kita paham, bahwa depresi itu sendiri lebih merupakan satu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi beban yang dihadapinya. Saat beban hidup terlalu beras, dan dirasa berat, sehingga dirinya merasa tidak berdaya, maka efek psikologis yang tumbuh dalam dirinya adalah stress yang berat atau depresi. 

Pertama, depresi bisa terjadi, karena pilihan itu, bukan pilihan sendiri, melainkan diarahkan oleh pihak BP/BK. Seperti yang dialami Ani seorang mahasiswa yang diberitakan dalam media sosial, dia rela untuk pindah ke UNY dari UGM karena merasa tidak nyaman di jurusan yang dia dapatkan saat itu. Ketidaknyamanan kuliah di jurusan yang tidak sesuai dengan passionnya, sudah tentu dia harus melawan dua kenyataan, satu sisi melawan hasrat dan minat dirinya, dan kedua menghadapi tantangan pelajaran yang tidak diminatinya.

Kedua, depresi karena melawan kepentingan orangtua. Anak dari rekan kita ini, secara ember pernah bocor juga kepada wali kelasnya, bahwa minat aslinya bukan di situ. Memang masih kesehatan, tetapi bukan kedokteran, melainkan keperawatan saja. Tetapi, sang Bundanya memaksa pada jurusan kedokteran bahkan dokter spesialis. Dalam hal ini pun, pertentangan terjadi antara dirinya dengan hasrat orangtuanya.

Kita sepaham, bahwa orangtua itu luas pengalaman. Tetapi, kadang sempit-kedemokrasiannya. Referensi pengalamannya, kadang dijadikan dalil untuk mengendalikan aspirasi anak-anaknya. Minat, atau keinginan anak-anak, dianggap tidak bisa dipertanggungjawabkan masa depannya, dibanding dengan pilihan orangtuanya. Bagi anak-anak yang penurut, menuruti orangtua dianggap jauh lebih baik, daripada menurut hasrat dan mimpinya tersebut.

Pada konteks itulah, mimpi sang anak dijajah oleh mimpi orangtuanya sendiri.

Ketiga, bila dihadapkan pada ekonomi yang pas-pasan, tekanan untuk segera lulus atau harus lulus tepat waktu menjadi pikiran yang sang  mahasiswa. Berita beberapa peserta didik baru tahun ini saja, ada yang sudah mengeluarkan deposit biaya pendidikan yang cukp pantastis. Lebih dari 100  juta. Oleh karena itu,  bagi anak yang memiliki kemampuan intelektual pas-pasan, dan tidak memiliki beasiswa atau sumber lain, tekanan ekonomi dan tekanan belajar akan memaksa secara berbaringan untuk segera bisa menyelesaikan pembelajarannya.

Terakhir, yang perlu disampaikan di sini, beban belajar yang tinggi, akan menjadi pemicu hadirnya depresi pada seorang mahasiswa. Beban belajar yang tinggi, dengan kemampuan peserta didik yang terbatas, potesial menjadi sumber stress pada dirinya.  Kalimat ini, bukan hanya pada jurusan kedokteran, tetapi pada jurusan apapun, yang digeluti seorang mahasiswa. Salah satu diantaranya, seorang anak, alumni dari madrasah, ada yang mengeluhkan hal ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline