Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Perang Dunia III, Sulit Terjadi

Diperbarui: 16 April 2024   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber : pribadi, bing.com)

Kalimat ini, sengaja didengungkan, dengan maksud untuk mencegah. Betul.  Kebanyakan diantara kita, tidak berharap adanya Perang Dunia III.  Entahlah, bagi sebagian kelompok di belahan yang lain. Tetapi, harapan ini, bisa jadi, akan menjadi sia-sia, manakala sejumlah kondisi terjadi dan terbentuk seketika, dan kemudian membelah jadi dua kekuatan besar. Maka, bila kondisi itu, terbentuk, mau tidak mau, akan terjadi yang disebut Perang Dunia III.

Persoalan kita sekarang ini, apakah persyaratan terjadinya PD III sudah terbentuk ? atau, adakah PD III sudah terkondisikan di sejumlah wilayah di sejumlah daerah ?

Sumber : Sindo.news.

Pertama, pengalaman Perang Ukraina dan Rusia, atau Irak dan Quwait, tidak merangsang adanya PD III. Sentimen politik dan keamanan regional, serta sistem blok politik yang dicuatkan saat itu, tidak memancing sejumlah negara untuk terlibat dalam konteks peperangan dua negara tersebut. Baik Perang Irak-Quwait, maupun Ukraina-Rusia, hampir sekedar menjadi perang lokal dengan wilayah yang terbatas.

Apakah isunya tidak menginternasional ? tentunya, temanya sangat mengglobal. Baik Irak-Quwait maupun Ukraina-Rusia, isu HAM, keamanan global, ancaman krisis, dan sentimen kubu politik menguat di sejumlah media. Namun, isu-isu tetap lemah dan tidak menggugah kekuatan besar yang ada di dunia ini.

Kedua, minimnya ketegangan-militer antar dua kekuatan. Mau tidak mau, disadari atau tidak, di masa lalu kekuatan militer antar blok Timur-Barat, terasa sangat dominan. Alinasi militer, baik di PD 1 maupun PD II, sangat terasa. Di masa PD 1 ada Triple Alliance (Blok Sentral) yang beranggotakan Jerman, Italia (1915), Bulgaria, Turki, dan Austria Hongaria. Adapun Triple Entente (Blok Sekutu) terdiri atas Inggris, Prancis, Rusia, Rumania, Belgia, Luxemburg, Serbia, Albania, Yunani, dan Portugal. Ditambah kemudian, Amerika Serikat yang semula netral, malah menjadi bagian penting dari kelompok Sekutu, dan menyatakan perang dengan Jerman. 

Bila kemudian di lihat dari perselisihan awal di PD II, pun, ada nuansa persaingan pengembangan senjata militer dan penguatan pengaruh terhadap negara lain. Ditambah dengan ekspansi atau menguatnya totalitarianisme di Jerman,Jepang dan Italia. Dibumbui dengan emosi untuk mempeluas wilayah karena krisis ekonomi, maka terjadilah PD II.

Sekali lagi, bagaimana dengan kondisi hari ini ? rasa-rasanya, sangat minim, isu ketegangan militer. 

Ketiga, perang Iran dan Israel, bila dianggap akan menjadi pemicu perang baru di abad modern ini, kemungkinan besarnya akan terjadi dalam skala lokal, seperti halnya Irak-Quwait atau Rusia-Ukraina.  Apakah kedua negara itu, akan mengerahkan persenjataan mutakhir dalam memenangkan peperangan ? tidak menutup kemungkinan. 

Israel dapat dikategorikan sebagai negara yang penuh percaya diri, kalau tidak disebut bengal. Sejumlah negara mengutuk dengan alasan apapun, serangan militer ke Gaza dalam waktu yang bertahun-tahun, hampir tidak ada bekasnya. Israel akan merasa kuta dan kuasa, bukan karena kekuatan militernya saja, melainkan karena dia yakin, sekutunya (khusus AS) tidak akan melakukan tindakan yang berlawanan dengan kebijakan militernya. Di sinilah masalahnya. Lantas dimana posisi PBB ?

Keempat, posisi PBB sama serupa atau boleh dibilang mengalami penyakit yang sama dengan kasus penyebab PD II, yaitu tidak berdaya, walaupun bisa berkata-kata. PBB memiliki kemampuan mengeluarkan resolusi yang tidak menjadi solusi, pernyataan tidak bisa diikuti dengan perbuatan. Dalam situasi serupa inilah, potensi terjadinya PD III menjadi terbuka lebih menganga.

Dalam kaitan ini, PBB hampir dapat dikatakan tidak memiliki kekuatan-nyata, baik untuk mencegah, atau menghentikan peperangan Rusia-Ukraina, maupun Israel-Palestina, Israel-Iran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline