Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Evolusi Strategi Setan

Diperbarui: 18 Maret 2024   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyusup dengan ragam cara (Sumber : bingcreator.com) 

"darimana Anda tahu, ada evolusi strategi setan?"

itulah pertanyaan kritis, sebelum tulisan ini dituangkan dalam di sini. Pertanyaan unik, dan juga menohok pada penalaran kita. Pertanyaan itu, seakan memberikan koreksi terhadap ketidakhati-hatian kita, saat mengajukan pendapat, atau menyampaikan opini kepada orang lain.

"hati-hati, nanti terjebak pada penyebaran informasi falsu atau hoax atau fake.." ungkapnya lagi. 

Sekali lagi, pertanyaan itu, muncul, dan kemudian sedikit mengganggu penalaran ini. Beberapa detik, penalaran ini, sempat tersendat, dan terangsang untuk menghentikan laju penulisan. Terbayang dan terpikir, "benar juga, ya, jangan-jangan, ini adalah opini sesat dan menyesatkan, dan saya terjebak pada penyebaran informasi palsu kepada masyarakat.."

Pemikiran yang melahirkan keraguan atau kegundahan dalam jiwa.  Cukup lama untuk merenungkan hal seperti ini. Ada wilayah abu-abu muncul dalam pikiran, dan mengganggu keyakinan untuk melanjutkan atau menghentikannya. Ada wilayah keraguan, apakah ini adalah sesuau yang penting atau tidak penting untuk ddituliskan saat ini.

Sekali lagi. Beberapa saat, sempat berhenti.

Hening.

Sampai waktu kemudian, saya melihat anak saya yang tergolek nyenyak dalam tidur. Terbayang di hari pertama dia menjalankan ibadah shaum ramadhan. Usia dia, baru 5 tahun lebih. Perempuan. Bicara pun, belum begitu mampu mengucapkan huruf 'r'. "...Lamadan kali ini, adalah peltama kalinya, dia belajal...."

Dari sinilah, saya tersentak dan tersadarkan. 

Untuk anak seusia itu. Di hari pertama Ramadhan. Gangguan terbesar adalah masalah biologis, fisiologis atau hasrat tubuh. Makan-minum. haus. lapar. Itulah kosa kata tantangan terberat dia. Hingga, sekitar pukul 11.00 WIB, dia merengek begitu kencang ditengah rumah. Kepada sang Ibu dia memohon, dan  kepada yang lain dia pun memelasnya.

"aku lapaaaaaal....." ucapnya berulang kali, sambil meneteskan air mata. "hauuuuusss.." ungkapnya lagi, dengan isakan air mata yang kian menderai di pipinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline