"darimana Anda tahu, ada evolusi strategi setan?"
itulah pertanyaan kritis, sebelum tulisan ini dituangkan dalam di sini. Pertanyaan unik, dan juga menohok pada penalaran kita. Pertanyaan itu, seakan memberikan koreksi terhadap ketidakhati-hatian kita, saat mengajukan pendapat, atau menyampaikan opini kepada orang lain.
"hati-hati, nanti terjebak pada penyebaran informasi falsu atau hoax atau fake.." ungkapnya lagi.
Sekali lagi, pertanyaan itu, muncul, dan kemudian sedikit mengganggu penalaran ini. Beberapa detik, penalaran ini, sempat tersendat, dan terangsang untuk menghentikan laju penulisan. Terbayang dan terpikir, "benar juga, ya, jangan-jangan, ini adalah opini sesat dan menyesatkan, dan saya terjebak pada penyebaran informasi palsu kepada masyarakat.."
Pemikiran yang melahirkan keraguan atau kegundahan dalam jiwa. Cukup lama untuk merenungkan hal seperti ini. Ada wilayah abu-abu muncul dalam pikiran, dan mengganggu keyakinan untuk melanjutkan atau menghentikannya. Ada wilayah keraguan, apakah ini adalah sesuau yang penting atau tidak penting untuk ddituliskan saat ini.
Sekali lagi. Beberapa saat, sempat berhenti.
Hening.
Sampai waktu kemudian, saya melihat anak saya yang tergolek nyenyak dalam tidur. Terbayang di hari pertama dia menjalankan ibadah shaum ramadhan. Usia dia, baru 5 tahun lebih. Perempuan. Bicara pun, belum begitu mampu mengucapkan huruf 'r'. "...Lamadan kali ini, adalah peltama kalinya, dia belajal...."
Dari sinilah, saya tersentak dan tersadarkan.
Untuk anak seusia itu. Di hari pertama Ramadhan. Gangguan terbesar adalah masalah biologis, fisiologis atau hasrat tubuh. Makan-minum. haus. lapar. Itulah kosa kata tantangan terberat dia. Hingga, sekitar pukul 11.00 WIB, dia merengek begitu kencang ditengah rumah. Kepada sang Ibu dia memohon, dan kepada yang lain dia pun memelasnya.
"aku lapaaaaaal....." ucapnya berulang kali, sambil meneteskan air mata. "hauuuuusss.." ungkapnya lagi, dengan isakan air mata yang kian menderai di pipinya.